tes psikometri

Peran Kompetensi dan Motivasi dalam Membangun Karir

Mencari kerja bukanlah hal yang mudah. Setuju? Selain faktor banyaknya pesaing yang luar biasa jumlahnya, seringkali pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan kompetensi jurusan yang ditekuni saat kuliah.

Bisa kita bayangkan bagaimana rasanya melamar pekerjaan di banyak perusahaan atau instansi tapi tidak di panggil-panggil, dan bagaimana rasanya melamar pekerjaan namun tidak sesuai dengan passion dan kompetensi. Berat? Jangan ditanya lagi. Jika boleh diminta, tentunya kita ingin bekerja sesuai bakat, minat dan kompetensi.

Banyak penyebab mengapa seseorang pada akhirnya bekerja tidak sesuai dengan kompetensi, diantaranya sebagai berikut:

Bersikap realistis.

Mereka sadar akan konsekuensi dan bersedia mengambil pekerjaan apapun. Realita ketidaksesuaian kompetensi dengan pekerjaan yang dijalani merupakan sesuatu yang wajar. Tidak semua orang mendapatkan apa yang diinginkannya. Dengan sikap menerima, bahwa apa yang dijalani adalah alternatif untuk menyambung hidup, maka kita pun bersikap realistis dan mulai mengakrabi pekerjaan yang ada.

Faktor kepepet

Pada dasarnya faktor ini tidak beda jauh dari alasan sebelumnya.  Faktor kepepet ini yang menjadi alasan mengapa kita merasa perlu bekerja apa saja demi mencukupi kebutuhan. Apapun jenis pekerjaan itu menjadi tidak terlalu penting untuk dipikirkan atau ditolak. Yang penting adalah halal, kebutuhan terpenuhi, dan tidak sampai pinjam sana-sini.

Kuliah tidak sesuai passion

Kamu mungkin saat ini akan mengikuti SBMPTN dan telah memilih jalur sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Sayangnya, takdir berkata lain. Tidak diterima pada jurusan favorit, namun diterima di jurusan yang lain. Alhasil, jurusan yang diinginkan tidak sesuai dengan minat, dan saat bekerja memilih pekerjaan yang memang sesuai dengan minatnya.

Belum menemukan passion pada diri

Belum menemukan passion yang dimiliki adalah dilema tersendiri. Masalah ini tidak hanya menyebabkan kesulitan dalam menentukan jurusan, namun juga susah dalam memutuskan pekerjaan jenis apa yang ingin ditekuni.

Ketidaksesuaian antara kompetensi dengan pekerjaan yang ditekuni tentunya menjadi masalah serius saat sedang bekerja. Karenanya motivasi memegang peranan penting agar seseorang tetap dapat sukses dalam karir, walaupun kompetensi yang dimiliki tidak sejalan dengan pekerjaan yang dijalani.

Dengan berjalannya waktu, kompetensi baru akan berhasil dikembangkan.  Motivasi untuk membangun kompetensi baru ini yang memegang peranan penting untuk berhasil tidaknya seseorang sukses dalam berkarir.

Kompetensi dan motivasi adalah dua hal krusial yang perlu diperhatikan seseorang yang membangun karir.  Motivasi mengindikasikan bagaimana seseorang terdorong untuk meraih sesuatu. Apa yang mendorong atau memotivasinya tersebut menjadi sumber tenaga untuk meraih tujuan karirnya. Motivasi mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk perilakunya dalam bekerja. Salah satunya, terkait dengan cara beradaptasi dengan lingkungan dan mendukung pekerjaan yang ditekuni dalam kurun waktu yang lama.

Di sisi lain, kompetensi berhubungan dengan keterampilan, karakter pribadi setiap orang, sisi emosional, intelektualitas, dan sikap kerja. Bersama-sama motivasi, keduanya saling menguatkan agar mampu menjalani pekerjaan dengan baik.

Kompetensi dan motivasi sangat penting untuk dimiliki setiap pekerja. Motivasi menjadi semangat, gairah dalam diri untuk beraktivitas dan lebih produktif. Kompetensi membantu mempermudah dan melancarkan menjalankan tugas-tugas dengan efektif.

Paduan antara kompetensi dan motivasi yang besar menghasilkan output yang maksimal pada pekerjaan yang dihasilkan.

Tiga Tes Kerja yang Harus Dijalani untuk Mengetahui Kompetensi Pelamar

Mencari kerja bukanlah hal yang mudah. Apalagi di tengah-tengah banyaknya kompetitor seperti sekarang ini dengan lahan kerja yang terbatas sedangkan jumlah pesaing semakin meningkat.

Proses seleksi juga tidak semudah dahulu saat jumlah pelamar masih terbatas. Untuk itu, perusahaan melakukan seleksi yang ketat untuk mendapatkan kandidat terbaik, salah satunya melalui tes atau asesmen. Setidaknya, ada tiga jenis tes kerja yang harus dilampaui, diantaranya yaitu:

Tes Psikotes

Tes kerja dalam bentuk psikotes adalah jenis tes yang cukup menakutkan. Ya, jenis tes ini pada dasarnya tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang sedang melamar kerja, tetapi juga ditujukan bagi para calon mahasiswa yang bersaing untuk mendapatkan kursi di bangku magister dan doktoral.

Bisa di kata tes ini adalah momok bagi yang mengikutinya. Namun, cara menaklukkannya cukup mudah sebenarnya, yaitu dengan cara  rajin berlatih tes psikotes sejak jauh-jauh agar terbiasa dengan model soal yang diujikan. Dengan cara tersebut, Anda akan merasa lebih familiar dengan model soal yang disajikan.

Anda bisa cek model soalnya di mesin pencari, atau dengan membeli buku tes psikotes untuk mempelajarinya lebih lanjut. Jika sudah familiar, soal yang mulanya terasa sulit menjadi lebih mudah saat dikerjakan.

Tes wawancara

Tes wawancara sifatnya face to face. Walau sifatnya lebih ringan dibandingkan dengan tes  psikotes yang lebih menguras tenaga, tes wawancara memerlukan keahlian tersendiri agar pewawancara tertarik dengan Anda dan ingin mengetahui lebih jauh. Siapa yang menjadi pewawancara juga sangat bergantung pada posisi jabatan yang dilamar. Perusahaan yang besar, biasanya menggunakan jasa psikolog saat proses rekrutmen khususnya melalui tes psikotes dan wawancara.

Sayangnya, keberadaan psikolog sebagai pihak eksternal yang tergabung dalam proses perekrutan ini, membuat tes semakin berat karena menggunakan ilmu dan profesionalitas yang dimiliki psikolog. Perusahaan biasanya siap membayar mahal untuk itu untuk mendapatkan kandidat staf yang memiliki komptensi yang unggul.

Bagi perusahaan yang tidak ingin mendapatkan mengeluarkan banyak biaya untuk hire  psikolog, beberapa pihak internal yang ditunjuk sebagai pewawancara diantaranya adalah dengan user atau calon atasan calon pegawai. Bisa juga langsung dengan direktur atau pemilik perusahaan. Sukses wawancara tidak lepas dari performa yang menarik saat berhadapan dengan pihak pewawancara, mulai dari segi penampilan, logika berpikir, maupun cara penyampaian dan gestur yang ramah serta tidak berlebihan.

Tes Kesehatan

Tes yang terakhir adalah tes kesehatan. Tes ini dilakukan untuk memastikan bahwa calon staf dalam kondisi sehat fisik. Adapun prasyarat kesehatan yang diajukan masing-masing perusahaan berbeda-beda. Ada yang wajib tidak buta warna, ada yang meng-syaratkan kondisi paru-paru dalam keadaan normal, dan tidak mengalami keluhan kesehatan kronis seperti penyakit jantung dan hipertensi.

Berhasil lolos dari ketiga tes kerja di atas, potensi untuk diterima bergabung dalam perusahaan menjadi terbuka. Anda siap menyongsong masa depan yang lebih cerah.

Parameter Pengukuran Perilaku Calon Karyawan saat Perekrutan

Proses perekrutan calon karyawan tentu perlu dilakukan dengan matang. Mengapa demikian? karena proses perekrutan karyawan sama halnya dengan mengundang anggota baru untuk bergabung dalam perusahaan. Anggota baru ini juga diharapkan memenuhi kualifikasi untuk mengembangkan perusahaan. Ini berarti, dibutuhkan upaya untuk mengenali lebih jauh kualitas calon anggota baru dengan mengacu pada sejumlah kriteria tertentu.

Bagaimana caranya dalam kurun waktu yang relative pendek perusahaan dapat menentukan bahwa pelamar cocok direkrut untuk menjadi karyawan?. Tentunya ada beberapa tes kerja yang harus dilalui. Diantaranya adalah tes psikotes, wawancara, dan tes kesehatan. Adapun peran dari masing-masing tes tersebut adalah sama pentingnya.

Tes psikotes adalah pengujian atau asesmen untuk mengetahui aspek mental psikologis calon karyawan, diantaranya, kepribadian, inteligensi, dan sikap kerja. Sementara,  wawancara adalah tahapan pengenalan secara langsung dengan calon karyawan melalui komunikasi verbal, bisa tatap muka langsung atau melalui media interface, seperti video call.  Biasanya wawancara dilakukan oleh HRD dan calon atasan langsung.  Atasan langsung perlu bertemu untuk mendapatkan ‘feeling’ terkait calon bawahannya.  Disamping itu, wawancara juga  berfungsi untuk mengukur kemampuan komunikasi, membangun hubungan, dan interaksi sosial ybs.  Terakhir adalah tes kesehatan. Tes ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kesehatan atau kebugaran calon karyawan yang nantinya menentukan kekuatan stamina, khususnya jika perlu bekerja ekstra.

Berikut ini penjelasan lebih rinci terkait metode pengukuran perilaku calon karyawan yang telah disebutkan di atas.

Tes Wawancara

Wawancara memerlukan interaksi dari dua belah pihak, yaitu pihak pewawancara dan pihak yang diwawancara. Adapun pihak pewawancara bisa jadi satu orang atau lebih.  Jika lebih dari satu orang, biasanya disebut wawancara panel. Pihak pewawancara juga bisa berasal dari eksternal atau internal. Perusahaan biasanya melibatkan  psikolog atau asesor sebagai pihak eksternal.

Sedangkan untuk pihak internal yang dilibatkan biasanya adalah HR dan user yang akan menjadi atasan calon karyawan tsb atau bisa saja wawancara  internal dilakukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, tergantung posisi apa yang dilamar. Sejauh ini wawancara terhadap pelamar paling tidak dilakukan oleh HR dan/atau calon atasan langsung pelamar. Bisa jadi, wawancara tersebut dilakukan oleh supervisor, manajer, atau oleh staf senior terkait yang ditugaskan untuk itu.

Adapun kaitannya antara pengukuran perilaku dan wawancara adalah sebagai berikut:

  • Untuk mengetahui kemampuan staf dalam komunikasi, menyampaikan pendapat secara langsung.
  • Untuk mengatahui bagaimana gesture yang ditampilkan saat calon staf tersebut melakukan interaksi sosial.
  • Untuk memahami cara pandang, niat, dan motif yang mendasari pelamar melamar di perusahaan.

Melalui wawancara, sedikit banyak bisa ditarik kesimpulan mengenai motivasi, cara pandang, gaya komunikasi, dan tingkat kemampuan seseorang dalam bekerjasama atau berkolaborasi.

Psikotes dan asesmen psikologis

Tes psikotes biasanya hadir dalam bentuk banyak ragam, ada yang online dan ada juga paper and pencil test.  Ada yang prosesnya cepat, ada juga yang butuh seharian. Tes psikotes atau dikenal juga dengan tes psikometri bermanfaat dalam mengukur sikap, perilaku, kepribadian, maupun kemampuan kognitif seseorang. Selain psikotes, penilaian perilaku bisa dihasilkan dari asesmen psikologis.  Asesmen ini bertujuan untuk mengukur kompetensi tertentu dan level kecakapan yang dimiliki calon karyawan.

Hasil dari tes kerja yang satu ini nantinya akan dianalisa oleh tim psikolog atau asesor untuk mengetahui aspek mental psikologis dan kecakapan kompetensi yang dimiliki calon staf sudah memenuhi persyaratan jabatan atau belum.  Tes atau asesmen ini juga dapat menggali kelebihan dan kekurangan calon karyawan, kecocokan penempatan pada divisi apa, dan menentukan apakah yang bersangkutan layak lolos seleksi ke tahap berikutnya atau gugur.

Seleksi kerja tidak semata-mata berhenti pada pengamatan ijasah dan transkrip nilai pelamar kerja. Namun, jauh lebih dari itu, terdapat setidaknya dua tahapan tes kerja yang harus dilalui untuk mendapatkan kandidat dengan kapasitas dan kompetensis yang mumpuni.

Ini Alasan Kerja Tidak Sesuai Kompetensi, Kamu Salah Satunya?

Tidak semua dari kita dapat bekerja sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Bahkan lebih banyak yang bekerja bukan di bidang yang sesuai bakat dan minatnya. Misalkan saja, secara keilmuan cukup mahir dalam bidang akuntansi ternyata jadi guru BK, atau dari sarjana teknik sipil bekerja di bagian SDM. Sama sekali tidak nyambung, tetapi memang tidak semua orang bias mendapatkan pekerjaan impian. Itulah realita yang banyak terjadi saat ini.

Kadangkala ketidaksesuaian bakat dan minat dapat berdampak negatif pada hasil kinerja.  Walaupun, ada juga yang justru berhasil karena mau mempelajari hal-hal baru. Tetapi, tidak semua orang memiliki kemauan ataupun kapasitas untuk mempelajari hal yang sama sekali baru. Nah, untuk yang merasa telah salah dalam ‘jurusan’ bidang kerja, berikut Ini beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa seseoran bekerja tidak sesuai dengan bakat dan minatnya?

Pilih jurusan asal-asalan

Salah memilih jurusan bisa berdampak negatif saat mencari pekerjaan. Salah satunya adalah ketidakpuasan. Mengapa bisa salah? Karena waktu memilih tidak benar-benar menggali diri sendiri, lebih mengikuti apa yang dikatakan orang lain atau memilih jurusan yang lagi tren saat itu. Bisa juga karena jurusan tersebut passing grade yang terlalu tinggi sehingga tidak yakin bersaing dengan peminat yang lain atau alasan lainnya.

Nyaman menjalani masa kuliah? Bisa ya, bisa tidak. Pastinya semakin tidak nyaman saat kuliah, walaupun pada akhirnya lulus. Ketidaknyamanan tersebut akan terus terbawa hingga saat mencari kerja.  Kecuali bisa berdamai dengan diri sendiri dan berkomitmen kesalahan jurusan ini mungkin justru bisa membawa nasib baik. Tentu komitmen tinggi sangat dibutuhkan untuk berhasil dalam bidang yang kurang diminatinya tersebut.

Campur tangan orang tua

Terkadang, orang tua memang cukup susah dimengerti. Di satu sisi, sebagai anak kita wajib mematuhi perintah orang tua (asalkan itu baik). Di sisi lain, kita memiliki passion sendiri dan yang menurut kita adalah keahlian kita. Seperti contohnya, orang tua kita ingin kita berkuliah di jurusan manajemen misalnya dengan pertimbangan ini dan itu, padahal passion kita di bahasa.

Jika jalur komunikasi dan negosiasi sudah mentok, apalagi yang mesti dilakukan kecuali menyerah. Bukan begitu? mengingat supplier keuangan adalah orang tua. Alhasil, lulus kuliah kita lebih memilih pekerjaan yang sesuai passion dan bersebrangan dengan kompetensi selama kuliah.

Bingung, apa ya Passion-nya?

Tidak sedikit orang yang bingung mengidentifikasi apa sih sebenarnya passion yang dimilikinya itu. Bakat mengajar tidak yakin, bakat jadi banker juga tidak, bakat jadi arsitek apalagi. Lalu apa passion-nya? jawabannya tetap saja bingung. Biasanya, hal ini terjadi pada mereka yang memang dalam kesehariannya lebih senang dengan kegiatan yang ringan dan santai bersama teman-teman.

Untuk itu, usahakan kenali bakat dalam diri, temukan, asah bakat tersebut dan dukung dengan mengambil jurusan yang tepat di bangku perkuliahan. Mengenali passion adalah modal penting untuk menjalani proses perkuliahan yang nyaman dan bekerja pada bidang yang memang sesuai dengan bakatnya.

Jika sudah terlanjur terjadi memilih jurusan yang tidak sesuai dengan keahlian diri, apa yang harus kita lakukan? Ada dua alternatif, yaitu dengan mengakrabi pekerjaan itu dengan cara menaklukkan dan lalu menghayati peran di dalamnya, atau dengan keluar, mencari yang baru yang sesuai, atau dengan membuka lahan pekerjaan baru secara mandiri berdasarkan passion.

Contoh Soal Psikometri

Bisa berikan contoh soal psikometri?

Mohon maaf kami tidak bisa memberikan contoh soal psikometri. Namun jika Anda ke toko buku, Anda dapat mencari buku-buku tes psikometri di rak buku psikologi atau tes rekrutmen. Buku-buku tersebut tidak menjamin bahwa tes tersebut yang keluar dalam tes yang Anda hadapi, namun Anda dapat mempelajari bentuk dan cara penyelesaiannya untuk membuat Anda lebih familiar dengan tes-tes psikometri. Terima kasih

Cara Lulus Assessment

Bagaimana cara lulus assessment di Depkeu.

helo,

Pertanyaan Anda ringkas dan padat :). Saya tidak tahu pendekatan assessment yang digunakan di Depkeu seperti apa sehingga tidak bisa memberikan info apapun untuk Anda.

Menurut saya yang paling penting dalam setiap assessment ataupun tes yang berkaitan dengan rekrutmen adalah persiapan mental. Berpikir positif bahwa proses yang Anda jalani selama assessment adalah mendapatkan yang terbaik dari diri Anda. Tetap tenang dan terbukalah terhadap setiap situasi baru menjadikan Anda lebih yakin pada diri sendiri.  Semoga bermanfaat.

Terima kasih.

salam,

Competency Level Index

Tolong saya diberi contoh soal yang mengkaitkan dengan test competency level index

Halo,

Maaf untuk contoh soal kami tidak bisa memberikan.  Namun sekedar informasi, index level kompetensi sangat tergantung dari knowledge, skill, dan attitude (KSA) Anda, apakah sesuai dengan kriteria posisi/jabatan yang akan diberikan pada Anda. Jadi, jika Anda ditawarkan posisi supervisor, tapi kriteria yang Anda miliki sudah memenuhi level manager, tentunya Anda sudah tidak tepat lagi bila berada di posisi tersebut. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, tentunya posisi tersebut tidak akan diberikan pada Anda. Penentuan kriteria ini sangat tergantung dari pendekatan assessment yang digunakan oleh organisasi Anda atau oleh lembaga assessment-nya.

Semoga bermanfaat.

salam,

Manfaat Tes Psikometri dalam Coaching

Dalam proses coaching penggunaan tes psikometri sangat penting karena dapat memberikan insight untuk mendapatkan kesadaran diri coachee yang pada akhirnya menuju pada peningkatan diri. Selain itu report tes psikometri menjadikan dasar coach untuk memberikan feedback dan menjadi titik tolak untuk memahami cara berpikir saat ini dan mengajak coachee untuk merencanakan apa yang harus dilakukan di masa mendatang.

Berikut manfaat lain dari tes psikometri dalam coaching. (more…)

Mempelajari Sebuah Alat Tes Baru

Jika Anda kerja di bagian SDM mungkin Anda pernah ditawari untuk membeli sebuah alat ukur yangAnda sendiri belum familiar dengan alat tersebut. Bagaimana caranya agar Anda dapat memahami alat tersebut sehingga ketrampilan dan pengetahuan Anda meningkat dalam menggunakan alat ukur tersebut?

Di bawah ini langkah-langkah untuk menjadi lebih familiar dengan sebuah alat ukur baru:

1. Bacalah manual alat ukur secara menyeluruh, khususnya di bagian yang berkaitan dengan pengembangan, validitas, dan norma.

2. Cobalah gunakan alat ukur tersebut pada diri sendiri. Usahakan untuk mengikuti sesuai instruksi meng-administrasikan alat ukur tersebut berdasarkan manual yang ada. (more…)

11 Teknik Menilai Keandalan Sebuah Instrumen/Alat Ukur Psikologis

Saat ini organisasi banyak dihadapkan pada berbagai pilihan alat ukur psikologis yang mengklaim dirinya sebagai yang terbaik dalam menilai aspek psikologis manusia. Apakah klaim tersebut benar? Ada baiknya Anda, sebagai HRD yang bertanggungg jawab terhadap masalah manusia di organisasi Anda, mencoba memahami keandalan alat ukur yang Anda pakai dengan mempertimbangkan sebelas prinsip di bawah ini:

  1. Reliabilitas : Dalam mengukur kapasitas seseorang, Anda hanya bisa yakin informasi yang diberikan benar, jika alat tersebut memiliki keandalan/dapat dipergunakan berulang-kali dengan hasil yang mendekati sama seperti sebelumnya. Dalam psikologi, reliabilitas berarti sejauhmana alat ukur secara konsisten mengukur apa yang ingin diukur. Ada empat tipe informasi mengenai reliabilitas; internal consistency, tes-retest, alternate form, dan inter-rater.  Tanyakan informasi mengenai reliabilitas berdasarkan empat hal tersebut. (more…)

Our Partner