Oleh: Ardiningtiyas Pitaloka
“Perhaps an acceptable compromise to define human personality as a composite of cognitive abilities, interests, attitudes, temperaments, and other individual differences in thoughts, feelings, and behavior” (Aiken, 2000).
Faktor manusia adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan, karenanya tes kepribadian menjadi krusial. Dalam organisasi atau dunia industri, ada dua bentuk tes kepribadian yang digunakan untuk menggali karakteristik individu, yakni projective techniques dan personality inventories.
Apakah Anda pernah mengikuti serangkaian tes seperti menggambar orang-pohon (tes grafis), melanjutkan stimulus garis/titik menjadi gambar (tes wartegg)? Ini merupakan tes proyeksi yang sering digunakan oleh banyak lembaga konsultan SDM/psikologi yang digunakan dalam rangka proses rekrutmen pegawai di perusahaan. Tes-tes seperti ini dipakai untuk menggali potensi individu secara lebh mendalam. Tipe ini berasal dari psikologi klinis yang berfokus pada “ketidaksadaran” atau potensi diri.
Sementara personality inventories terdiri dari sejumlah item yang bertujuan untuk menggali karakteristik personal, pikiran, perasaan dan perilaku. Berikut beberapa tes kepribadian yang lebih jamak di organisasi/industri dan penjelasan singkat;
1. Edwards Personal Preference Schedule (EPPS), tersusun atas 225 pasang pernyataan terkait dengan kecenderungan dan perasaan individu. Anda harus memilih satu yang paling mendekati gambaran diri. Misal: A. I like to do things by myself; B. I like to help others to do things.
2. Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), tersusun atas sepasang pernyataan terkait dengan kecenderungan perasaan dan perilaku individu.
3. Cattell’s Questionaires (16 PF) tersusun atas dua kolom kanan-kiri yang menggambarkan kepribadian (trait- konsep psikologis Allport). Tes ini menggali fungsi persepsi-kognisi, gaya interpersonal, interaksi intimasi, pertimbangan profesional, dinamika kepribadian, isu terapis dan konseling.
4. Papi Kostik. Rangkaian tes ini secara garis besar menggali kepemimpinan, dorongan dan kemampuan usaha, stabilitas emosi dan penyesuaian diri.
Ada banyak Konsultan Human Resource, terutama di Amerika dan Inggris yang mengembangkan tes kepribadian mereka sendiri dengan pendekatan psikometri, contohnya Hogan Inventory, Harrison Assessment dll. Tes kepribadian yang mereka kembangkan sendiri biasanya menggunakan teori-teori kepribadian yang sudah exist dan diakui oleh dunia psikologi dan didukung oleh penelitian yang akurat, valid, dan reliabel.
Apa yang harus Anda lakukan dalam mengisi inventori kepribadian tersebut?
1. Ingat, inventori kepribadian bukan mengukur yang Anda pelajari seperti skill teknis, melainkan ‘diri’ (yang terbentuk dalam dinamika hidup).
2. Cari informasi di berbagai sumber tentang inventori/tes tersebut, setidaknya Anda tahu apa yang menjadi fokus utama
3. Kaitkan karakter yang digali dalam inventori/tes dengan tugas harian di tempat kerja (sesuai posisi), ini bisa membuat Anda lebih rileks dan spontan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam inventori/tes tersebut.
Selamat mencoba!
Orang yang tidak siap, berarti mempersiapkan kegagalan demikian sebuah pribahasa berbunyi. Demikian juga dalam menjalani psikotes/tes psikometri. Untuk berhasil Anda perlu mempersiapkan diri sebelumnya. Persiapan apa yang sebaiknya Anda lakukan. Inilah tujuh langkah persiapan menghadapi psikotes/tes psikometri.
1. Tetapkan waktu untuk melakukan latihan menjawab soal-soal. Terutama untuk tes numerik. Semakin banyak Anda berlatih menjawab soal, semakin terlatih otak dan tangan dalam menghitung atau mengasosiasikan kata.
2. Kumpulkan bahan latihan soal yang cukup. Banyak buku yang dapat membantu Anda dalam berlatih test tes ini.
3. Mulailah program latihan Anda. Sangat baik bagi Anda memiliki pengalaman menjawab soal dibanding menjawab soal tanpa latihan sama sekali. Anggaplah ini sebagai sarana untuk menghadapi tes yang sesungguhnya.
4. Pastikan Anda mengetahui jenis tes yang Anda hadapi. Untuk psikotes yang dilakukan dari pagi hingga sore hari dipastikan Anda akan menghadapi berbagai tipe tes. Mulai dari tes kecerdasan hingga wawancara.
5. Selalu motivasi diri Anda sendiri. Saat berlatih, fokuskan juga diri Anda untuk memperbaiki kelemahan.
6. Tantang diri Anda untuk mengerjakan latihan soal hingga selesai dan lanjutkan ke bagian yang lebih sulit. Dengan demikian Anda memiliki banyak referensi bentuk tes test yang akan berguna bagi Anda.
7. Gunakan strategi yang jitu saat tiba hari-H. Misal, datang minimal 15 menit sebelum mulai. Cermati contoh soal dan instruksi yang diberikan. Sadar akan kondisi sekitar, termasuk sisa waktu yang tersedia.
Seringkali kita dibingungkan dengan istilah-istilah yang digunakan untuk mengukur mental atau aspek psikologis, baik dalam proses rekrutmen ataupun promosi. Dibawah ini dijelaskan secara ringkas apa yang dimaksudkan dengan istilah-istilah tersebut:
Ability (Kemampuan): sejauhmana seorang individu menunjukkan kapasitasnya dalam menggunakan ketrampilan/kecakapan tertentu. Ability seringkali mengacu pada aptitude dan attainment yang dinilai bersamaan, misal, ada di tingkat mana kemampuan Anda berbahasa Inggris saat ini (attainment) dan bagaimana potensi Anda untuk berkembang lebih jauh pada kemampuan berbahasa Inggris tersebut (aptitude).
Aptitude (potensi untuk melakukan sesuatu hal): kemampuan individu untuk menggunakan ketrampilan/kecakapan tertentu sekaligus potensinya pada aspek yang dinilai di masa yang akan datang, misal seseorang yang mulai belajar bahasa Inggris dan cepat menangkap struktur dan grammar, namun belum mencapai level kecakapan (fluency), artinya pengetahuan orang tersebut belum mencukupi di level kecakapan, namun sudah menunjukkan potensi untuk mencapai level tersebut. Contoh yang lain, menilai kemampuan seseorang menjadi programmer komputer atau menilai kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, TPA (Tes Potensi Akademik).
Attainment (tingkat kemahiran saat ini): tingkat atau level pengetahuan dan ketrampilan yang telah dicapai saat ini, misalkan nilai TOEFL 550. Contoh lain tes mengemudi (driving test), tes berbicara dalam bahasa asing.
Competency: Sekumpulan pengetahuan, ketrampilan, karakteristik pribadi, dan pengalaman seseorang yang dinilai secara bersamaan, yang merupakan dasar penting seseorang untuk melakukan pekerjaan X di level posisi tertentu. Misalkan untuk memilih sales manager, salah satu kompetensi yang dinilai adalah kompetensi negosiasi, yang artinya sales manager tersebut memiliki pengetahuan sales yang tinggi, ketrampilan membujuk yang efektif, dan karakter pribadi yang optimis. Kumpulan kompetensi disebut model kompetensi yang dijadikan acuan dan kriteria untuk menilai apakah sales manager tersebut telah memenuhi kriteria minimal seorang sales manager.
Intelligence: Sebuah tes yang mengukur cakupan kemampuan yang dimiliki seseorang. Apakah inteligensi hanya sebuah facet yang dapat diukur sebagai satu kesatuan (g factor) atau terdiri dari kemampuan yang terpisah-pisah yang kemudian digabung menjadi satu kemampuan, hingga sekarang masih menjadi perdebatan di kalangan pakar psikologi.
Skill: Untuk negara-negara berbahasa Inggris digunakan sebagai istilah yang generik, ‘being good‘ dalam hal mengerjakan sesuatu, misal menggambar, menjahit atau bisa juga dikatakan ‘being good‘ dengan hal kata-kata atau teknologi. Di Indonesia diterjemahkan dengan kata kemahiran/kecakapan/ketrampilan.
Strength: Setiap “good point” yang dapat dipersepsikan. Misalkan seseorang dipersepsikan memiliki kekuatan dalam hitung-menghitung, artinya aptitude-nya kemungkinan juga tinggi untuk hal-hal yang bersifat matematika atau teknik. Contoh lain, seseorang memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendengarkan orang lain, artinya aptitude-nya untuk menangani pekerjaan yang berhubungan dengan orang kemungkinan juga tinggi dibandingkan untuk berhubungan dengan paper-work. Diluar istilah-istilah di atas, masih banyak istilah-istilah lain, seperti personality testing, personality assessment, self-assessment dll, namun yang paling sering membingungkan memang istilah-istilah di atas. Semoga sekarang Anda tidak dibingungkan oleh istilah-istilah di atas lagi.
Pernahkah Anda dipanggil untuk mengikuti tes psikometri? Apa artinya itu? Apakah bedanya dengan psikotes atau tes psikologis? Saat ini banyak perusahaan menggunakan tes psikometri untuk melakukan proses rekrutmen pegawai.
Tes psikometri bertujuan untuk mengukur aspek-aspek dari kemampuan mental atau kepribadian Anda. Tes ini berkembang sejak awal abad 20 dan dikembangkan pertama kali dalam psikologi pendidikan. Dengan berjalannya waktu, tes psikometri ini menjadi bagian integral dari proses seleksi dan rekrutmen di organisasi.
Ada banyak aspek yang bisa dinilai dari tes psikometri diantaranya, inteligensi, aptitude, kepribadian, kompetensi, termasuk juga bagaimana Anda bekerja dengan orang lain, bagaimana Anda mengatasi stress, dan apakah Anda dapat memenuhi kriteria intelektual yang dibutuhkan perusahaan yang semuanya menjadi informasi berharga bagi perusahaan untuk mengambil keputusan apakah Anda tepat bekerja di perusahaan mereka.
Pengguna tes psikometri mencapai lebih dari 80% perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500 USA dan lebih dari 75% dari perusahaan yang terdaftar pada Times Top 100 di UK. Apakah bedanya dengan psikotes? Bedanya ada pada pengguna alat tersebut.
Psikotes biasanya digunakan dan diadministrasikan oleh biro psikologi yang memberikan jasa asesmen psikologis untuk merekrut calon karyawan. Sementara pengguna tes psikometri adalah perusahaan-perusahaan yang telah mendisain dan mengembangkan alat tersebut sesuai kebutuhan mereka. Contohnya, jika pada biro psikologi, maka kepribadian yang dinilai adalah kepribadian kita pada umumnya, maka pada tes psikometri, yang dinilai apakah kepribadian kita FIT dengan budaya perusahaan yang memakai tes psikometri tersebut.
Dengan demikian, dengan menggunakan tes psikometri, perusahaan tentunya lebih yakin dalam menemukan calon-calon terbaik untuk perusahaan mereka karena dites dengan menggunakan alat ukur yang sesuai kebutuhan mereka. Jadi bagaimana? masih bingung apakah itu tes psikometri. Semoga Tidak.
Bagi Anda yang pernah menjalani psikotes atau tes psikometri mungkin pernah merasakan sakit perut, tangan tiba-tiba keringatan, detak jantung yang berlebihan, atau suasana hati yang tertekan saat bersiap menjalani psikotes. Anda tidak sendirian, sebagian besar orang mengalaminya. Bagaimana mengatasinya, inilah rahasianya :
Selamat menjalani tes psikometri. Sukses untuk Anda.
“Ingin mengembangkan karier di dunia audit bersama tim yang profesional dan berpengalaman? Kami membuka kesempatan bagi Anda untuk bergabung sebagai Supervisor, Senior Staff, dan Junior Staff di kantor akuntan publik. Jika Anda memiliki minat dalam audit eksternal, memiliki ketajaman analitis, semangat untuk terus berkembang, dan ingin berkontribusi dalam proyek-proyek menantang, inilah saatnya untuk mengambil langkah berikutnya dalam karier Anda!”
Kompetensi:
Kualifikasi untuk senior staff:
Kompetensi:
Kualifikasi untuk Junior Staff:
Kompetensi:
Kesempatan ini terbuka bagi Anda yang ingin berkembang dan berkontribusi di dunia audit eksternal. Jika Anda memenuhi kualifikasi dan siap untuk mengambil tantangan baru, jangan ragu untuk melamar!
Kirimkan CV dan surat lamaran Anda ke rekrutmen@akuntansi.id dengan mencantumkan posisi yang dilamar dan nama Anda di subjek email (contoh: supervisor_Abidin) sebelum Jumat, 30 Mei 2025. Kami tunggu kehadiran Anda dalam tim kami!”
Mengapa menggunakan kepribadian dalam memilih karir? Banyak psikolog dan konselor karir yang percaya bahwa kita menjadi lebih puas dan produktif bila menjalani karir yang sesuai dengan kepribadian kita. Motivasi kerja akan meningkat, bila kita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian kita. Dan ini sudah terbukti secara ilmiah.
Ada dua aspek utama dalam pekerjaan yang menentukan hal ini, yakni:
1. Sifat alami dari tugas-tugas yang dikerjakan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kita gunakan dalam bekerja seharusnya sepadan dengan hal-hal yang kita suka untuk kita lakukan dan merupakan subyek dari minat utama kita. Contoh, jika kita suka menolong dan mengembangkan orang lain, dan lebih suka berkomunikasi dibandingkan bekerja dengan benda/alat atau ide-ide, maka karir di bidang sosial (seperti, guru, dosen, psikolog, konselor) mungkin menjadi satu dari sekian banyak pekerjaan sosial yang akan kita nikmati dan dapat kita lakukan dengan baik.
2. Setiap diri kita memiliki ciri-ciri kepribadian yang mungkin sama dan mungkin bertentangan dengan orang lain. Dengan memilih pekerjaan (berkarir) sesuai dengan kepribadian kita, kita akan berada di sekitar orang-orang yang memiliki ciri kepribadian yang serupa, sehingga kita bisa saling berinteraksi dengan baik serta merasa nyaman untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Contoh, orang-orang yang menikmati bekerja sesuai dengan aturan dan prosedur yang baku, menyenangi paper work, data yang rumit, serta menyukai detail mungkin akan merasa tertekan bila berada dalam pekerjaan yang mengharuskannya berada dalam kelompok artis yang secara terus menerus berupaya untuk selalu mengekspresikan diri dan mencari inspirasi artistik yang tidak biasa. Berada diantara orang-orang seniman ini, tentunya sebuah beban untuk tipe orang dengan kepribadian seperti di atas.
Tipe kepribadian yang sama cenderung berhubungan satu sama lain dalam tempat kerja. Masing-masing tipe ini menciptakan sebuah lingkungan kerja yang sesuai dengan tipe kepribadian mereka. Contoh, sebuah lingkungan kerja yang terdiri dari banyak orang yang bertipe artistik, mencenderung untuk menghargai cara berpikir dan berperilaku yang kreatif dan inovatif. Tentunya adalah sebuah kendala besar yang dihadapi oleh orang yang bertipe investigatif bila berada di lingkungan kerja artistik, seperti contoh di atas.
Dengan demikian, kepribadian tidak hanya memprediksi seberapa baik ketrampilan kita cocok dengan tugas-tugas dari pekerjaan tertentu, tapi juga memprediksi bagaimana kita akan ‘fit’ dengan budaya di lingkungan kerja tempat kita berada, budaya tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang berada di sekitar kita dan yang berinteraksi dengan kita.
Pada akhirnya kepribadian akan mempengaruhi kepuasan kerja, produktivitas, dan kinerja kita dalam bekerja. Jadi tentukanlah karir seperti apa yang Anda inginkan dengan mempelajari diri Anda sendiri secara mendalam. Salam.
Jika Anda manager atau CEO, tapi tidak suka membaca novel, pertimbangkan lagi.
Membaca novel berdampak siginifikan bagi kemampuan kepemimpinan Anda, demikian tulis artikel dalam Harvard Business Review Agustus 2012. John Coleman, penulis artikel tersebut menyatakan bahwa kebiasaan membaca bacaan terfokus dan mendalam (deep reading), salah satunya membaca novel, merupakan karakteristik dari pemimpin-pemimpin besar. Membaca novel menjadi katalis untuk mendapatkan wawasan baru, inovasi, empati, dan meningkatkan efektifitas pribadi.
Bahkan seorang Profesor bernama Christopher Michaelson, dari Universitas St. Thomas, Minnesota, Amerika, mengkaji pentingnya membaca novel bagi mahasiswa bidang bisnis untuk tetap kompetitif dan eksploratif dalam dunia kerja dan pribadi di abad 21. Risetnya dimuat dalam jurnal ilmiah (Academy of Management Learning Education Journal, tahun 2016, vol. 15).
Profesor Michaelson juga menambahkan tujuh novel yang layak dibaca oleh pebisnis untuk bisa resiliens (tidak mudah patah, lenting) menghadapi ‘kejamnya’ dunia bisnis. Berikut ini tujuh novel yang direkomendasikannya:
Anda tidak harus mulai membaca novel dengan novel-novel di atas. Novel apa saja, yang tipis, juga bisa berdampak pada kita. Berdasarkan pengalaman penulis, bukan tebal atau tipisnya novel, tapi bagaimana karakter dan kisah yang ada di cerita tersebut bersinggungan dengan kenyataan hidup pembacanya. itulah yang menarik.
“deep reading”
Membaca novel, yang juga merupakan “deep reading” memang seringkali tidak mudah, selain alasan waktu, juga alasan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan yang ditangani. Untungnya, pemikiran ini salah. Dampak positif membaca novel sangat banyak dan juga telah dibuktikan dalam riset-riset ilmiah, salah satunya seperti yang telah disebutkan diatas.
Pembaca buku atau novel (deep reader) juga merupakan orang yang selalu menarik untuk ditemui dan ajak bicara. Deep reader biasanya orang yang cerdas, bijak, dan memiliki perspektif yang beragam dengan pemikiran yang luas. Berada di dekat orang yang suka membaca buku, bahkan dapat membuat kita jatuh cinta. Mengapa?
People Skill
Riset menunjukkan bahwa orang-orang yang hobi membaca buku termasuk novel, memiliki kemampuan people skills yang lebih tinggi daripada orang yang enggan membaca buku. Membaca novel, berarti belajar memahami karakter tokoh-tokohnya dengan situasi-situasi yang mereka hadapi. Mencermati berbagai kondisi dan peristiwa yang dialami tokoh-tokoh tersebut mau tidak mau akan memberikan gambaran pada Anda untuk antisipasi bila menghadapi situasi dan kondisi yang sama.
Tak ada kata telat untuk mulai membiasakan diri membaca buku, bahkan untuk mulai membiasakan membaca buku, Anda dapat memulainya dengan membaca novel. Novel yang bagus, akan membuat Anda semakin ingin mencari novel lainnya dan membuat Anda semakin menarik.
Jadi tunggu apalagi? segera cari novel yang sudah lama ingin Anda baca, dan mulailah membacanya sesegera mungkin!
Dalam 30 tahun terakhir ini, penggunaan assessmen psikologis di tingkat korporasi meningkat pesat, terutama di negara maju, seperti Amerika dan negara-negara di benua Eropa. Alasan-alasan penggunaan asesmen psikologis ini bermacam-macam, namun dapat diringkas menjadi tiga alasan utama.
Pertama, perusahaan ingin meminimalkan resiko finansial karena salah merekrut pegawai. Dengan menggunakan asesmen, perusahaan berharap tidak mendapatkan pegawai yang ‘bermasalah’ sehingga tidak muncul biaya tinggi akibat salah rekrut. Biaya akibat salah rekrut, relatif cukup besar. Berdasarkan penelitian di Amerika, salah rekrut bisa berakibat 30% biaya HR meningkat. Diantaranya biaya iklan, training, belum lagi biaya gaji dll. Sungguh bukan biaya yang kecil.
Alasan kedua, perusahaan ingin mendapatkan pegawai yang ‘fit in’ dengan karakteristik pekerjaan yang ditangani. Ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tidak dapat dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki karakteristik kepribadian tertentu. Katakan pekerjaan sebagai desainer, dibutuhkan orang yang memiliki sense of art yang tinggi dan memiliki kreatifitas. Bukan orang yang cenderung ‘follower’ dan berorientasi pada prosedur. Dengan demikian, diharapkan kesesuaian tersebut dapat meningkatkan kinerja, baik kinerja pegawai itu sendiri maupun kinerja perusahaan.
Alasan ketiga, dengan dilakukannya asesmen, perusahaan mengetahui orang-orang seperti apa yang cocok dengan budaya perusahaan tersebut. Misalnya, perusahaan membutuhkan orang-orang yang mampu mengambil keputusan di bawah tekanan, khususnya pada perusahaan jasa atau perusahaan konsultan. Atau orang-orang yang dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok, dan bukan orang-orang yang berkarakteristik individualis atau kompetitif. Dengan demikian, baik calon pegawai maupun perusahaan sama-sama diuntungkan karena memiliki nilai-nilai yang sama.
Seperti apa asesmen psikologis itu? Ada beragam bentuk asesmen psikologis, diantaranya personality assessment berupa profil kepribadian, decision making test, tes inteligensi kognitif, critical thinking, tes kreatifitas dll. Tes kejujuran (integritas), termasuk dalam personality assessment dan banyak dibutuhkan oleh perusahaan. Disamping itu, untuk pegawai-pegawai yang akan mengisi level managerial, perlu dilakukan asesmen yang berkaitan dengan kepemimpinan, delegasi, develop other, strategic thinking, mengatasi konflik, untuk kriteria-kriteria ini perusahaan bisa menggunakan pendekatan assessment center.
Jadi apa yang harus dilakukan perusahaan untuk mendapatkan hasil maksimal dari asesmen psikologis ini? Tentunya perusahaan harus memiliki kriteria dan standar yang jelas apa saja yang akan dinilai dari calon pegawai tersebut dan yang memang sesuai kebutuhan perusahaan. Katakan untuk level manajerial di posisi pemasaran, tentunya dibutuhkan orang-orang yang mampu melihat peluang pasar, memiliki kesadaran bisnis, disamping juga mampu memimpin dan mengelola bawahan dengan baik. Di sisi lain, juga memiliki kriteria yang sesuai dengan budaya perusahaan (misalkan, mengutamakan komitmen).
Jadi sebelum memutuskan menggunakan asesmen, sebagai orang HR, Anda harus cari tahu lebih dalam orang-orang seperti apa yang dibutuhkan perusahaan Anda.
Sejak konsep psikologi positif yang dipelopori oleh Seligman dan Csikszentmihalyi muncul di era tahun 2000an, perkembangan alat ukur yang mengukur aspek-aspek positif manusia juga terus berkembang. Penilaian aspek-aspek positif individu dinilai mampu membuat perbedaan pada individu (individual differences), hal ini didasarkan pada dua asumsi: 1. Data yang berkaitan dengan aspek positif dan negatif manusia dapat muncul pada setiap orang, 2. Setiap orang memiliki kekuatan-kekuatan psikologis dan kapasitas untuk mencapai fungsi optimalnya sebagai manusia.
Dengan mengidentifikasi dan mengukur kekuatan (aspek positif) manusia, proses-proses yang sesuai (healthy process), dan fulfillment dimungkinkan dapat memberikan efek positif pada manusia. Beberapa hipotesis positive psychological assessment yang telah terbukti dituliskan di bawah ini:
Mencermati dampak positif dari positive psychological assessment, sudah sewajarnya tes-tes yang mengukur aspek-aspek positif manusia semakin berkembang, khususnya tes-tes psikometri. Dunia psikologi, khususnya di Indonesia diharapkan tidak hanya memulai dari diagnosis penyakit mental saja, namun juga berangkat dari human strengths.