Our Perspectives

Resensi Buku – More Psychometric Testing

Penulis: Philip Carter & Ken Russel

Penerbit: John Wiley & Sons, Ltd

Tahun: 2003

Jumlah Halaman: 274

Tidak berbeda jauh dengan buku pertamanya, dalam buku yang kedua ini, kedua penulis masih berbicara mengenai inventori kepribadian dan aptitude tes. Yang membedakan hanya pada tema-tema inventori yang diukur.

Tema-tema inventori dalam buku ini telah diklasifikasikan dengan lebih spesifik. Seperti di bagian 1 dari inventori kepribadian berisi inventori yang didisain untuk mengukur kepribadian secara umum, kreativitas, dan perceptual skills. Sementara di bagian kedua, berisi inventori kepribadian yang mengukur sisi kemanusiaan kita, seperti kindness, humour, jealous, impulsive dsb.

Di bagian aptitude test, sama seperti buku sebelumnya aptitude tes dibuku ini terdiri dari 2 bagian, baik bagian satu maupun bagian dua berhubungan dengan spatial ability, logic, verbal, dan numerical tes. Tes di bagian 1 terdiri dari 40 soal yang dipisahkan berdasarkan 4 sub tes disebutkan di atas dengan batas pengerjaan 2 jam, sementara tes di bagian 2 terdiri dari 20 soal dengan batasan waktu 1 jam pengerjaan.

Kita diminta untuk mengikuti batasan waktu tersebut atau skor yang kita dapat menjadi tidak berarti. Dalam tes ini diberikan interpretasi atas nilai yang kita dapat. Hanya sayangnya buku ini masih dalam bahasa Inggris dan belum diterjemahkan, jadi untuk yang mau berlatih dengan menggunakan buku ini diharapkan sudah memahami bahasa Inggris seperti kita berbahasa Indonesia, sebab kalau tidak, maka interpretasinya menjadi tidak valid. Tapi paling tidak, jika ingin berlatih soal-soal tes, buku ini cukup berbobot. Selamat membaca!

Bagaimana Cara Berlatih Soal Numerik?

Latihan soal psikometri yang bersifat matematik atau numerik akan berhasil baik jika materi yang ada dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tes yang sesungguhnya. Ada baiknya Anda mencoba hal-hal berikut ini:

1. Berlatih tanpa batas waktu dan dalam keadaan santai. Tujuannya adalah untuk memahami pertanyaan, mencari cara pemecahan, serta meningkatkan kecepatan dan kepercayaan diri dalam menjawab soal.

2. Berlatih dalam waktu yang sangat terbatas seperti test tes yang sesungguhnya.Tujuannya untuk membiasakan diri dengan situasi yang sesungguhnya. Latihan ini menghindari Anda dari kesalahan karena tekanan situasi. Sebaiknya melakukan tiga kali tes uji coba.

3. Biasakan diri untuk melatih menjawab satu soal dalam waktu 45 detik.

4. Pastikan latihan soal tes yang Anda gunakan tidak ketinggalan zaman.

5. Jadwal latihan sebaiknya meliputi hal-hal berikut ini; mempelajari gambaran test tes, mencari soal-soal sejenis, berlatih soal sesuai kemampuan Anda, membiasakan diri menghadapi tes uji coba dengan waktu yang terbatas, dan mengulangi uji coba pada bagian yang Anda sering melakukan kesalahan.

Manfaat Menjalin Hubungan yang Sehat dengan Rekan Kerja

Kita semua tahu, lingkungan kerja sangat berpengaruh pada kinerja. Salah satu faktor terciptanya lingkungan kerja yang nyaman adalah hubungan yang konstruktif dan sehat antar semua orang di lingkungan kerja, termasuk dengan rekan kerja. Hubungan yang sehat sangat berpengaruh terhadap kepuasan dan produktivitas kerja.

Meskipun di lingkungan kerja kita sering mengalami pro dan kontra dengan rekan kerja, namun hal ini kewajaran. Sebagai rekan kerja yang baik, kita harus menjalin kerjasama dan saling keterbukaan. Menjalin hubungan yang sehat dengan rekan kerja sangat penting. Hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif.

Riset dari LinkedIn menyebutkan bahwa 46% profesional percaya berteman di dunia kerja meningkatkan kebahagian karyawan. Untuk itu kita perlu mencari tahu bagaimana cara menjalin pertemanan yang baik. Lalu apa saja manfaat yang didapatkan dari menjalin hubungan yang sehat dengan rekan kerja? Yuk kita simak satu persatu:

1. Bekerja menjadi lebih menyenangkan

Bekerja dan bekerjasama dengan rekan kerja yang saling mendukung pasti terasa menyenangkan. Walaupun kita sedang menghadapi kesulitan, hambatan, dan tantangan, dengan adanya dukungan rekan kerja akan terasa ringan. Dengan menjalin hubungan yang sehat, keberadaan rekan kerja menjadi support system kita di tempat kerja. Kita tidak akan sungkan untuk meminta saran dan kritik dari mereka. Beban kerja pun menjadi tidak terasa karena ada rekan kerja yang membantu dan mencari solusi dari permasalahan yang kita hadapi.

2. Mengurangi konflik

Hubungan yang sehat dengan rekan kerja selain menciptakan lingkungan kerja yang positif, juga meningkatkan kolaborasi, kreativitas, kepuasan kerja, dan mengurangi terjadinya konflik yang tidak konstruktif.  Pengurangan konflik kerja sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan kita di tempat kerja.

Selain itu agar terhindar dari konflik kerja, kita perlu membangun sikap saling menghormati atau respect dengan rekan kerja. Buatlah rekan kerja merasa dihargai dan dilibatkan. Mereka pun akan merasa lebih aman untuk berbagi ide dan membagi masukan yang membangun. Ketika ini tercipta, maka konflik kerja dapat diminimalisir, kita menjadi tidak merasa sendiri di tempat kerja.

3. Meningkatkan semangat dan motivasi

Bukan hanya membuat kita menjadi lebih betah di tempat kerja, menjalin hubungan baik dengan rekan kerja juga bisa menjadi penyemangat di tengah tekanan dan beban kerja yang berat. Keberadaan rekan kerja dapat membantu mempertahankan semangat dan motivasi kerja.

4. Terbangunnya rasa saling percaya dan saling menghargai

Coba bayangkan jika harus bekerja dengan orang-orang yang tidak cocok dan tidak saling percaya antar satu dengan yang lain, tentunya akan mempengaruhi performa kerja bukan? Meskipun di tempat kerja, kita dituntut untuk bersikap profesional. Kita juga perlu membuka diri kepada rekan kerja untuk membangun hubungan yang sehat. Hubungan yang sehat dapat menciptakan rasa saling mendukung antar rekan kerja. Selain itu, hubungan yang sehat antar sesama rekan kerja dapat membangun rasa saling percaya dan saling menghargai. 

5. Terciptanya sikap saling menjaga

Jika sikap saling menghargai sudah tercipta di lingkungan kerja, maka proses kerja mulai dari bertukar ide, dan masukan akan sangat mudah dilakukan. Selain itu, manfaat lain yang dirasakan adalah meningkatkan wawasan atau beragam pandangan, dan sikap saling menghargai satu sama lain untuk kebaikan bersama.

Sikap saling menjaga juga dapat mencegah sikap pilih kasih. Hal ini memberikan setiap orang kesempatan yang sama untuk menyuarakan ide maupun pendapat mereka. Dengan mempraktikkan sikap saling menghargai dan saling menjaga, setiap karyawan akan merasa setara. Semua ide dihargai, tidak peduli dari siapa ide tersebut berasal. Setiap orang memiliki kesempatan untuk berkontribusi secara adil.

Intinya, menjalin hubungan sehat dengan rekan kerja bukan hanya sekedar bagaimana kita menciptakan hubungan yang baik saja, melainkan ada upaya untuk menciptakan keterikatan secara positif antar sesama rekan kerja lain. Ini juga mencegah terciptanya lingkungan kerja yang toxic.

Tes Kepribadian dalam Organisasi

Oleh: Ardiningtiyas Pitaloka

“Perhaps an acceptable compromise to define human personality as a composite of cognitive abilities, interests, attitudes, temperaments, and other individual differences in thoughts, feelings, and behavior” (Aiken, 2000).

Faktor manusia adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam meningkatkan kinerja perusahaan, karenanya tes kepribadian menjadi krusial. Dalam organisasi atau dunia industri, ada dua bentuk tes kepribadian yang digunakan untuk menggali karakteristik individu, yakni projective techniques dan personality inventories.

Apakah Anda pernah mengikuti serangkaian tes seperti menggambar orang-pohon (tes grafis), melanjutkan stimulus garis/titik menjadi gambar (tes wartegg)? Ini merupakan tes proyeksi yang sering digunakan oleh banyak lembaga konsultan SDM/psikologi yang digunakan dalam rangka proses rekrutmen pegawai di perusahaan. Tes-tes seperti ini dipakai untuk menggali potensi individu secara lebh mendalam. Tipe ini berasal dari psikologi klinis yang berfokus pada “ketidaksadaran” atau potensi diri.

Sementara personality inventories terdiri dari sejumlah item yang bertujuan untuk menggali karakteristik personal, pikiran, perasaan dan perilaku. Berikut beberapa tes kepribadian yang lebih jamak di organisasi/industri dan penjelasan singkat;

1. Edwards Personal Preference Schedule (EPPS), tersusun atas 225 pasang pernyataan terkait dengan kecenderungan dan perasaan individu. Anda harus memilih satu yang paling mendekati gambaran diri. Misal: A. I like to do things by myself; B. I like to help others to do things.

2. Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), tersusun atas sepasang pernyataan terkait dengan kecenderungan perasaan dan perilaku individu.

3. Cattell’s Questionaires (16 PF) tersusun atas dua kolom kanan-kiri yang menggambarkan kepribadian (trait- konsep psikologis Allport). Tes ini menggali fungsi persepsi-kognisi, gaya interpersonal, interaksi intimasi, pertimbangan profesional, dinamika kepribadian, isu terapis dan konseling.

4. Papi Kostik. Rangkaian tes ini secara garis besar menggali kepemimpinan, dorongan dan kemampuan usaha, stabilitas emosi dan penyesuaian diri.

Ada banyak Konsultan Human Resource, terutama di Amerika dan Inggris yang mengembangkan tes kepribadian mereka sendiri dengan pendekatan psikometri, contohnya Hogan Inventory, Harrison Assessment dll. Tes kepribadian yang mereka kembangkan sendiri biasanya menggunakan teori-teori kepribadian yang sudah exist dan diakui oleh dunia psikologi dan didukung oleh penelitian yang akurat, valid, dan reliabel.

Apa yang harus Anda lakukan dalam mengisi inventori kepribadian tersebut?

1. Ingat, inventori kepribadian bukan mengukur yang Anda pelajari seperti skill teknis, melainkan ‘diri’ (yang terbentuk dalam dinamika hidup).

2. Cari informasi di berbagai sumber tentang inventori/tes tersebut, setidaknya Anda tahu apa yang menjadi fokus utama

3. Kaitkan karakter yang digali dalam inventori/tes dengan tugas harian di tempat kerja (sesuai posisi), ini bisa membuat Anda lebih rileks dan spontan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam inventori/tes tersebut.

Selamat mencoba!

Tujuh Trik Persiapan Menghadapi Tes Psikometri

Orang yang tidak siap, berarti mempersiapkan kegagalan demikian sebuah pribahasa berbunyi. Demikian juga dalam menjalani psikotes/tes psikometri. Untuk berhasil Anda perlu mempersiapkan diri sebelumnya. Persiapan apa yang sebaiknya Anda lakukan. Inilah tujuh langkah persiapan menghadapi psikotes/tes psikometri.

1. Tetapkan waktu untuk melakukan latihan menjawab soal-soal. Terutama untuk tes numerik. Semakin banyak Anda berlatih menjawab soal, semakin terlatih otak dan tangan dalam menghitung atau mengasosiasikan kata.

2. Kumpulkan bahan latihan soal yang cukup. Banyak buku yang dapat membantu Anda dalam berlatih test tes ini.

3. Mulailah program latihan Anda. Sangat baik bagi Anda memiliki pengalaman menjawab soal dibanding menjawab soal tanpa latihan sama sekali. Anggaplah ini sebagai sarana untuk menghadapi tes yang sesungguhnya.

4. Pastikan Anda mengetahui jenis tes yang Anda hadapi. Untuk psikotes yang dilakukan dari pagi hingga sore hari dipastikan Anda akan menghadapi berbagai tipe tes. Mulai dari tes kecerdasan hingga wawancara.

5. Selalu motivasi diri Anda sendiri. Saat berlatih, fokuskan juga diri Anda untuk memperbaiki kelemahan.

6. Tantang diri Anda untuk mengerjakan latihan soal hingga selesai dan lanjutkan ke bagian yang lebih sulit. Dengan demikian Anda memiliki banyak referensi bentuk tes test yang akan berguna bagi Anda.

7. Gunakan strategi yang jitu saat tiba hari-H. Misal, datang minimal 15 menit sebelum mulai. Cermati contoh soal dan instruksi yang diberikan. Sadar akan kondisi sekitar, termasuk sisa waktu yang tersedia.

Definisi Istilah-Istilah Tes Psikologis

Seringkali kita dibingungkan dengan istilah-istilah yang digunakan untuk mengukur mental atau aspek psikologis, baik dalam proses rekrutmen ataupun promosi. Dibawah ini dijelaskan secara ringkas apa yang dimaksudkan dengan istilah-istilah tersebut:

Ability (Kemampuan): sejauhmana seorang individu menunjukkan kapasitasnya dalam menggunakan ketrampilan/kecakapan tertentu. Ability seringkali mengacu pada aptitude dan attainment yang dinilai bersamaan, misal, ada di tingkat mana kemampuan Anda berbahasa Inggris saat ini (attainment) dan bagaimana potensi Anda untuk berkembang lebih jauh pada kemampuan berbahasa Inggris tersebut (aptitude).

Aptitude (potensi untuk melakukan sesuatu hal): kemampuan individu untuk menggunakan ketrampilan/kecakapan tertentu sekaligus potensinya pada aspek yang dinilai di masa yang akan datang, misal seseorang yang mulai belajar bahasa Inggris dan cepat menangkap struktur dan grammar, namun belum mencapai level kecakapan (fluency), artinya pengetahuan orang tersebut belum mencukupi di level kecakapan, namun sudah menunjukkan potensi untuk mencapai level tersebut. Contoh yang lain, menilai kemampuan seseorang menjadi programmer komputer atau menilai kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, TPA (Tes Potensi Akademik).

Attainment (tingkat kemahiran saat ini):  tingkat atau level pengetahuan dan ketrampilan yang telah dicapai saat ini, misalkan nilai TOEFL 550. Contoh lain tes mengemudi (driving test), tes berbicara dalam bahasa asing.

Competency:  Sekumpulan pengetahuan, ketrampilan, karakteristik pribadi, dan pengalaman seseorang yang dinilai secara bersamaan, yang merupakan dasar penting seseorang untuk melakukan pekerjaan X di level posisi tertentu. Misalkan untuk memilih sales manager, salah satu kompetensi yang dinilai adalah kompetensi negosiasi, yang artinya sales manager tersebut memiliki pengetahuan sales yang tinggi, ketrampilan membujuk yang efektif, dan karakter pribadi yang optimis. Kumpulan kompetensi disebut model kompetensi yang dijadikan acuan dan kriteria untuk menilai apakah sales manager tersebut telah memenuhi kriteria minimal seorang sales manager.

Intelligence:  Sebuah tes yang mengukur cakupan kemampuan yang dimiliki seseorang. Apakah inteligensi hanya sebuah facet yang dapat diukur sebagai satu kesatuan (g factor) atau terdiri dari kemampuan yang terpisah-pisah yang kemudian digabung menjadi satu kemampuan, hingga sekarang masih menjadi perdebatan di kalangan pakar psikologi.

Skill:  Untuk negara-negara berbahasa Inggris digunakan sebagai istilah yang generik, ‘being good‘ dalam hal mengerjakan sesuatu, misal menggambar, menjahit atau bisa juga dikatakan ‘being good‘ dengan hal kata-kata atau teknologi. Di Indonesia diterjemahkan dengan kata kemahiran/kecakapan/ketrampilan.

StrengthSetiap “good point” yang dapat dipersepsikan. Misalkan seseorang dipersepsikan memiliki kekuatan dalam hitung-menghitung, artinya aptitude-nya kemungkinan juga tinggi untuk hal-hal yang bersifat matematika atau teknik. Contoh lain, seseorang memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendengarkan orang lain, artinya aptitude-nya untuk menangani pekerjaan yang berhubungan dengan orang kemungkinan juga tinggi dibandingkan untuk berhubungan dengan paper-work. Diluar istilah-istilah di atas, masih banyak istilah-istilah lain, seperti personality testingpersonality assessment, self-assessment dll, namun yang paling sering membingungkan memang istilah-istilah di atas. Semoga sekarang Anda tidak dibingungkan oleh istilah-istilah di atas lagi.

Apakah Tes Psikometri Itu?

Pernahkah Anda dipanggil untuk mengikuti tes psikometri? Apa artinya itu? Apakah bedanya dengan psikotes atau tes psikologis? Saat ini banyak perusahaan menggunakan tes psikometri untuk melakukan proses rekrutmen pegawai.

Tes psikometri bertujuan untuk mengukur aspek-aspek dari kemampuan mental atau kepribadian Anda. Tes ini berkembang sejak awal abad 20 dan dikembangkan pertama kali dalam psikologi pendidikan. Dengan berjalannya waktu, tes psikometri ini menjadi bagian integral dari proses seleksi dan rekrutmen di organisasi.

Ada banyak aspek yang bisa dinilai dari tes psikometri diantaranya, inteligensi, aptitude, kepribadian, kompetensi, termasuk juga bagaimana Anda bekerja dengan orang lain, bagaimana Anda mengatasi stress, dan apakah Anda dapat memenuhi kriteria intelektual yang dibutuhkan perusahaan yang semuanya menjadi informasi berharga bagi perusahaan untuk mengambil keputusan apakah Anda tepat bekerja di perusahaan mereka.

Pengguna tes psikometri mencapai lebih dari 80% perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500 USA dan lebih dari 75% dari perusahaan yang terdaftar pada Times Top 100 di UK. Apakah bedanya dengan psikotes? Bedanya ada pada pengguna alat tersebut.

Psikotes biasanya digunakan dan diadministrasikan oleh biro psikologi yang memberikan jasa asesmen psikologis untuk merekrut calon karyawan. Sementara pengguna tes psikometri adalah perusahaan-perusahaan yang telah mendisain dan mengembangkan alat tersebut sesuai kebutuhan mereka. Contohnya, jika pada biro psikologi, maka kepribadian yang dinilai adalah kepribadian kita pada umumnya, maka pada tes psikometri, yang dinilai apakah kepribadian kita FIT dengan budaya perusahaan yang memakai tes psikometri tersebut.

Dengan demikian, dengan menggunakan tes psikometri, perusahaan tentunya lebih yakin dalam menemukan calon-calon terbaik untuk perusahaan mereka karena dites dengan menggunakan alat ukur yang sesuai kebutuhan mereka. Jadi bagaimana? masih bingung apakah itu tes psikometri. Semoga Tidak.

Rahasia mengatasi stress saat menjalani psikotes atau tes psikometri

Bagi Anda yang pernah menjalani psikotes atau tes psikometri mungkin pernah merasakan sakit perut, tangan tiba-tiba keringatan, detak jantung yang berlebihan, atau suasana hati yang tertekan saat bersiap menjalani psikotes. Anda tidak sendirian, sebagian besar orang mengalaminya. Bagaimana mengatasinya, inilah rahasianya :

  1. Ingat untuk sarapan atau makan sebelum tes dimulai. Ini penting agar tubuh Anda tidak menderita dan Anda bisa kosentrasi menjawab soal tanpa gangguan kelaparan.
  2. Bersikap setenang mungkin. Ingatlah kegelisahan pada tingkat tertentu adalah wajar
  3. Hindari memperlihatkan kegelisahan Anda. Anda harus tampak percaya diri karena perilaku Anda secara umum berada dalam pengamatan seperti halnya hasil tes Anda
  4. Jika tiba-tiba menghadapi masalah, yang pertama dilakukan adalah JANGAN PANIK. Jika panik, maka tubuh Anda akan bereaksi negatif sehingga Anda tidak bisa berpikir dengan tenang. Mintalah bantuan pengawas jika Anda menghadapi masalah, pengawas pasti akan membantu Anda.
  5. Nyamankan diri Anda. Pelajari teknik-teknik relaksasi atau visualisasi yang sesuai dengan diri Anda untuk meredakan ketegangan (Anda dapat pelajari dari buku-buku relaksasi/visualisasi yang ada di toko buku)
  6. Buat posisi dimana Anda berada menjadi senyaman mungkin. Misal jika meja atau kursi Anda bergoyang, cari kertas untuk mengganjalnya.
  7. Bekerjalah seefisien mungkin. kerjakan cepat, namun tidak terburu-buru.
  8. Hindari membuang-buang waktu dengan mencari soal “jebakan” karena Anda tidak bisa menemukannya dengan mudah.
  9. Ingatlah makin banyak soal yang Anda kerjakan, makin besar kemungkinan Anda mendapatkan nilai tinggi.
  10. Sesekali pandanglah sekeliling Anda, ambil napas dalam-dalam, pejamkan mata, dan luruskan kaki. Ini akan membantu meredakan ketegangan yang timbul dalam diri Anda.
  11. Jangan putus asa jika pertanyaan terasa sulit. Pertanyaan itu mungkin sama sulitnya bagi orang lain.
  12. Jangan cemas jika pesaing Anda tampak bekerja lebih cepat ketimbang Anda. Tidak ada jaminan bahwa jawaban mereka benar.
  13. Jika Anda merasa tidak enak badan, katakan pada pengawas. Tidak ada untungnya diam dalam penderitaan.
  14. Jangan terlalu memaksa diri. Percayalah Anda telah melakukan hal yang terbaik.
  15. Selalu berpikir positif. Pikiran positif membuat tubuh Anda bereaksi positif, timbal baliknya adalah Anda menjadi nyaman dengan situasi atau kondisi yang ada.

Selamat menjalani tes psikometri. Sukses untuk Anda.

LOWONGAN KERJA!

“Ingin mengembangkan karier di dunia audit bersama tim yang profesional dan berpengalaman? Kami membuka kesempatan bagi Anda untuk bergabung sebagai Supervisor, Senior Staff, dan Junior Staff di kantor akuntan publik. Jika Anda memiliki minat dalam audit eksternal, memiliki ketajaman analitis, semangat untuk terus berkembang, dan ingin berkontribusi dalam proyek-proyek menantang, inilah saatnya untuk mengambil langkah berikutnya dalam karier Anda!”

Kualifikasi untuk Supervisor:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi.
  • Sertifikasi: Lebih diutamakan jika memiliki gelar profesi atau sedang dalam proses memperoleh CPA (Certified Public Accountant).
  • Pengalaman: Minimal lima tahun pengalaman kerja di bidang audit eksternal, dan setidaknya dua tahun di posisi supervisi.

Kompetensi:

  • Mampu menganalisis laporan keuangan dan mengidentifikasi ketidaksesuaian atau potensi risiko.
  • Memahami dan mampu menerapkan standar akuntansi (PSAK, IFRS, GAAP), regulasi terkait audit, dan praktek terbaik dalam industri audit.
  • Dapat menginterpretasikan data keuangan dan menemukan pola atau anomali dalam transaksi.
  • Menguasai proses audit dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian audit.
  • Mampu mengidentifikasi permasalahan yang kompleks dalam proses audit dan mencari solusi sesuai dengan regulasi dan standar audit.
  • Memahami metodologi audit berbasis risiko dan strategi pengujian substantif serta compliance testing.
  • Mampu menyusun dan menyampaikan laporan audit secara jelas dan profesional. 
  • Mampu berkomunikasi secara efektif dengan klien untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. 
  • Memiliki keterampilan negosiasi yang baik dalam menjelaskan temuan audit kepada klien.
  • Mampu memimpin tim audit, memberikan arahan, dan memfasilitasi pertemuan audit.
  • Dapat bekerja secara independen maupun dalam tim dengan supervisi minimal.
  • Memiliki kemampuan supervisi yang kuat untuk mengelola tim, memprioritaskan pekerjaan, dan mengatasi tantangan yang muncul selama proses audit.
  • Dapat membimbing dan mengembangkan anggota tim.
  • Menjunjung tinggi kode etik profesi auditor dan prinsip independensi. 
  • Memiliki sikap skeptis profesional yang kuat dalam melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan.

Kualifikasi untuk senior staff:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi
  • Pengalaman: Minimal dua tahun dalam audit eksternal di Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kompetensi:

  • Mampu melakukan analisis yang mendalam terhadap laporan keuangan dan risiko audit.
  • Memahami standar akuntansi (PSAK, IFRS, dan GAAP) serta regulasi terkait audit.
  • Memahami proses audit dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian audit.
  • Mampu mengidentifikasi ketidaksesuaian dan permasalahan dalam proses audit.
  • Memiliki kemampuan komunikasi verbal dan tertulis yang baik, termasuk dalam menyampaikan hasil audit kepada klien.
  • Mampu membimbing dan mengarahkan junior auditor dalam pelaksanaan tugas audit. 
  • Dapat bekerja secara independen maupun dalam tim dengan supervisi minimal.
  • Mampu mendokumentasikan tugas-tugas atau temuan audit dengan jelas dan terstruktur.
  • Memiliki keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang baik.
  • Teliti dalam mengolah data dan informasi audit.

Kualifikasi untuk Junior Staff:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi
  • Pengalaman: lulusan baru (freshgraduate) atau memiliki satu tahun pengalaman dalam audit eksternal di Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kompetensi:

  • Memahami dasar-dasar akuntansi keuangan, auditing dan perpajakan.
  • Mengenali standar akuntansi yang berlaku, seperti PSAK, IFRS, atau GAAP.
  • Memiliki pemahaman tentang proses audit eksternal dan risiko audit.
  • Mampu menganalisis laporan keuangan dan mengidentifikasi ketidaksesuaian dasar.
  • Mampu mengarahkan diri sendiri dan bekerja dengan tenggat waktu yang ketat. 
  • Mampu bekerja dalam tim dan memiliki komunikasi yang baik dengan kolega dan klien.
  • Menjunjung tinggi kode etik profesi auditor dan prinsip independensi. 
  • Memiliki sikap profesional yang kuat dalam melakukan peran sebagai auditor.

Kesempatan ini terbuka bagi Anda yang ingin berkembang dan berkontribusi di dunia audit eksternal. Jika Anda memenuhi kualifikasi dan siap untuk mengambil tantangan baru, jangan ragu untuk melamar!

Kirimkan CV dan surat lamaran Anda ke rekrutmen@akuntansi.id  dengan mencantumkan posisi yang dilamar dan nama Anda di subjek email (contoh: supervisor_Abidin) sebelum Jumat, 30 Mei 2025.  Kami tunggu kehadiran Anda dalam tim kami!”

Kepribadian dan Karir

Mengapa menggunakan kepribadian dalam memilih karir? Banyak psikolog dan konselor karir yang percaya bahwa kita menjadi lebih puas dan produktif bila menjalani karir yang sesuai dengan kepribadian kita. Motivasi kerja akan meningkat, bila kita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian kita. Dan ini sudah terbukti secara ilmiah.

Ada dua aspek utama dalam pekerjaan yang menentukan hal ini, yakni:

1. Sifat alami dari tugas-tugas yang dikerjakan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kita gunakan dalam bekerja seharusnya sepadan dengan hal-hal yang kita suka untuk kita lakukan dan merupakan subyek dari minat utama kita. Contoh, jika kita suka menolong dan mengembangkan orang lain, dan lebih suka berkomunikasi dibandingkan bekerja dengan benda/alat atau ide-ide, maka karir di bidang sosial (seperti, guru, dosen, psikolog, konselor) mungkin menjadi satu dari sekian banyak pekerjaan sosial yang akan kita nikmati dan dapat kita lakukan dengan baik.

2. Setiap diri kita memiliki ciri-ciri kepribadian yang mungkin sama dan mungkin bertentangan dengan orang lain. Dengan memilih pekerjaan (berkarir) sesuai dengan kepribadian kita, kita akan berada di sekitar orang-orang yang memiliki ciri kepribadian yang serupa, sehingga kita bisa saling berinteraksi dengan baik serta merasa nyaman untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Contoh, orang-orang yang menikmati bekerja sesuai dengan aturan dan prosedur yang baku, menyenangi paper work, data yang rumit, serta menyukai detail mungkin akan merasa tertekan bila berada dalam pekerjaan yang mengharuskannya berada dalam kelompok artis yang secara terus menerus berupaya untuk selalu mengekspresikan diri dan mencari inspirasi artistik yang tidak biasa. Berada diantara orang-orang seniman ini, tentunya sebuah beban untuk tipe orang dengan kepribadian seperti di atas.

Tipe kepribadian yang sama cenderung berhubungan satu sama lain dalam tempat kerja. Masing-masing tipe ini menciptakan sebuah lingkungan kerja yang sesuai dengan tipe kepribadian mereka. Contoh, sebuah lingkungan kerja yang terdiri dari banyak orang yang bertipe artistik, mencenderung untuk menghargai cara berpikir dan berperilaku yang kreatif dan inovatif. Tentunya adalah sebuah kendala besar yang dihadapi oleh orang yang bertipe investigatif bila berada di lingkungan kerja artistik, seperti contoh di atas.

Dengan demikian, kepribadian tidak hanya memprediksi seberapa baik ketrampilan kita cocok dengan tugas-tugas dari pekerjaan tertentu, tapi juga memprediksi bagaimana kita akan ‘fit’ dengan budaya di lingkungan kerja tempat kita berada, budaya tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang berada di sekitar kita dan yang berinteraksi dengan kita.

Pada akhirnya kepribadian akan mempengaruhi kepuasan kerja, produktivitas, dan kinerja kita dalam bekerja. Jadi tentukanlah karir seperti apa yang Anda inginkan dengan mempelajari diri Anda sendiri secara mendalam. Salam.

Our Partner