Our Perspectives

Definisi Istilah-Istilah Tes Psikologis

Seringkali kita dibingungkan dengan istilah-istilah yang digunakan untuk mengukur mental atau aspek psikologis, baik dalam proses rekrutmen ataupun promosi. Dibawah ini dijelaskan secara ringkas apa yang dimaksudkan dengan istilah-istilah tersebut:

Ability (Kemampuan): sejauhmana seorang individu menunjukkan kapasitasnya dalam menggunakan ketrampilan/kecakapan tertentu. Ability seringkali mengacu pada aptitude dan attainment yang dinilai bersamaan, misal, ada di tingkat mana kemampuan Anda berbahasa Inggris saat ini (attainment) dan bagaimana potensi Anda untuk berkembang lebih jauh pada kemampuan berbahasa Inggris tersebut (aptitude).

Aptitude (potensi untuk melakukan sesuatu hal): kemampuan individu untuk menggunakan ketrampilan/kecakapan tertentu sekaligus potensinya pada aspek yang dinilai di masa yang akan datang, misal seseorang yang mulai belajar bahasa Inggris dan cepat menangkap struktur dan grammar, namun belum mencapai level kecakapan (fluency), artinya pengetahuan orang tersebut belum mencukupi di level kecakapan, namun sudah menunjukkan potensi untuk mencapai level tersebut. Contoh yang lain, menilai kemampuan seseorang menjadi programmer komputer atau menilai kemampuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, TPA (Tes Potensi Akademik).

Attainment (tingkat kemahiran saat ini):  tingkat atau level pengetahuan dan ketrampilan yang telah dicapai saat ini, misalkan nilai TOEFL 550. Contoh lain tes mengemudi (driving test), tes berbicara dalam bahasa asing.

Competency:  Sekumpulan pengetahuan, ketrampilan, karakteristik pribadi, dan pengalaman seseorang yang dinilai secara bersamaan, yang merupakan dasar penting seseorang untuk melakukan pekerjaan X di level posisi tertentu. Misalkan untuk memilih sales manager, salah satu kompetensi yang dinilai adalah kompetensi negosiasi, yang artinya sales manager tersebut memiliki pengetahuan sales yang tinggi, ketrampilan membujuk yang efektif, dan karakter pribadi yang optimis. Kumpulan kompetensi disebut model kompetensi yang dijadikan acuan dan kriteria untuk menilai apakah sales manager tersebut telah memenuhi kriteria minimal seorang sales manager.

Intelligence:  Sebuah tes yang mengukur cakupan kemampuan yang dimiliki seseorang. Apakah inteligensi hanya sebuah facet yang dapat diukur sebagai satu kesatuan (g factor) atau terdiri dari kemampuan yang terpisah-pisah yang kemudian digabung menjadi satu kemampuan, hingga sekarang masih menjadi perdebatan di kalangan pakar psikologi.

Skill:  Untuk negara-negara berbahasa Inggris digunakan sebagai istilah yang generik, ‘being good‘ dalam hal mengerjakan sesuatu, misal menggambar, menjahit atau bisa juga dikatakan ‘being good‘ dengan hal kata-kata atau teknologi. Di Indonesia diterjemahkan dengan kata kemahiran/kecakapan/ketrampilan.

StrengthSetiap “good point” yang dapat dipersepsikan. Misalkan seseorang dipersepsikan memiliki kekuatan dalam hitung-menghitung, artinya aptitude-nya kemungkinan juga tinggi untuk hal-hal yang bersifat matematika atau teknik. Contoh lain, seseorang memiliki sensitivitas yang tinggi dalam mendengarkan orang lain, artinya aptitude-nya untuk menangani pekerjaan yang berhubungan dengan orang kemungkinan juga tinggi dibandingkan untuk berhubungan dengan paper-work. Diluar istilah-istilah di atas, masih banyak istilah-istilah lain, seperti personality testingpersonality assessment, self-assessment dll, namun yang paling sering membingungkan memang istilah-istilah di atas. Semoga sekarang Anda tidak dibingungkan oleh istilah-istilah di atas lagi.

Apakah Tes Psikometri Itu?

Pernahkah Anda dipanggil untuk mengikuti tes psikometri? Apa artinya itu? Apakah bedanya dengan psikotes atau tes psikologis? Saat ini banyak perusahaan menggunakan tes psikometri untuk melakukan proses rekrutmen pegawai.

Tes psikometri bertujuan untuk mengukur aspek-aspek dari kemampuan mental atau kepribadian Anda. Tes ini berkembang sejak awal abad 20 dan dikembangkan pertama kali dalam psikologi pendidikan. Dengan berjalannya waktu, tes psikometri ini menjadi bagian integral dari proses seleksi dan rekrutmen di organisasi.

Ada banyak aspek yang bisa dinilai dari tes psikometri diantaranya, inteligensi, aptitude, kepribadian, kompetensi, termasuk juga bagaimana Anda bekerja dengan orang lain, bagaimana Anda mengatasi stress, dan apakah Anda dapat memenuhi kriteria intelektual yang dibutuhkan perusahaan yang semuanya menjadi informasi berharga bagi perusahaan untuk mengambil keputusan apakah Anda tepat bekerja di perusahaan mereka.

Pengguna tes psikometri mencapai lebih dari 80% perusahaan yang terdaftar dalam Fortune 500 USA dan lebih dari 75% dari perusahaan yang terdaftar pada Times Top 100 di UK. Apakah bedanya dengan psikotes? Bedanya ada pada pengguna alat tersebut.

Psikotes biasanya digunakan dan diadministrasikan oleh biro psikologi yang memberikan jasa asesmen psikologis untuk merekrut calon karyawan. Sementara pengguna tes psikometri adalah perusahaan-perusahaan yang telah mendisain dan mengembangkan alat tersebut sesuai kebutuhan mereka. Contohnya, jika pada biro psikologi, maka kepribadian yang dinilai adalah kepribadian kita pada umumnya, maka pada tes psikometri, yang dinilai apakah kepribadian kita FIT dengan budaya perusahaan yang memakai tes psikometri tersebut.

Dengan demikian, dengan menggunakan tes psikometri, perusahaan tentunya lebih yakin dalam menemukan calon-calon terbaik untuk perusahaan mereka karena dites dengan menggunakan alat ukur yang sesuai kebutuhan mereka. Jadi bagaimana? masih bingung apakah itu tes psikometri. Semoga Tidak.

Rahasia mengatasi stress saat menjalani psikotes atau tes psikometri

Bagi Anda yang pernah menjalani psikotes atau tes psikometri mungkin pernah merasakan sakit perut, tangan tiba-tiba keringatan, detak jantung yang berlebihan, atau suasana hati yang tertekan saat bersiap menjalani psikotes. Anda tidak sendirian, sebagian besar orang mengalaminya. Bagaimana mengatasinya, inilah rahasianya :

  1. Ingat untuk sarapan atau makan sebelum tes dimulai. Ini penting agar tubuh Anda tidak menderita dan Anda bisa kosentrasi menjawab soal tanpa gangguan kelaparan.
  2. Bersikap setenang mungkin. Ingatlah kegelisahan pada tingkat tertentu adalah wajar
  3. Hindari memperlihatkan kegelisahan Anda. Anda harus tampak percaya diri karena perilaku Anda secara umum berada dalam pengamatan seperti halnya hasil tes Anda
  4. Jika tiba-tiba menghadapi masalah, yang pertama dilakukan adalah JANGAN PANIK. Jika panik, maka tubuh Anda akan bereaksi negatif sehingga Anda tidak bisa berpikir dengan tenang. Mintalah bantuan pengawas jika Anda menghadapi masalah, pengawas pasti akan membantu Anda.
  5. Nyamankan diri Anda. Pelajari teknik-teknik relaksasi atau visualisasi yang sesuai dengan diri Anda untuk meredakan ketegangan (Anda dapat pelajari dari buku-buku relaksasi/visualisasi yang ada di toko buku)
  6. Buat posisi dimana Anda berada menjadi senyaman mungkin. Misal jika meja atau kursi Anda bergoyang, cari kertas untuk mengganjalnya.
  7. Bekerjalah seefisien mungkin. kerjakan cepat, namun tidak terburu-buru.
  8. Hindari membuang-buang waktu dengan mencari soal “jebakan” karena Anda tidak bisa menemukannya dengan mudah.
  9. Ingatlah makin banyak soal yang Anda kerjakan, makin besar kemungkinan Anda mendapatkan nilai tinggi.
  10. Sesekali pandanglah sekeliling Anda, ambil napas dalam-dalam, pejamkan mata, dan luruskan kaki. Ini akan membantu meredakan ketegangan yang timbul dalam diri Anda.
  11. Jangan putus asa jika pertanyaan terasa sulit. Pertanyaan itu mungkin sama sulitnya bagi orang lain.
  12. Jangan cemas jika pesaing Anda tampak bekerja lebih cepat ketimbang Anda. Tidak ada jaminan bahwa jawaban mereka benar.
  13. Jika Anda merasa tidak enak badan, katakan pada pengawas. Tidak ada untungnya diam dalam penderitaan.
  14. Jangan terlalu memaksa diri. Percayalah Anda telah melakukan hal yang terbaik.
  15. Selalu berpikir positif. Pikiran positif membuat tubuh Anda bereaksi positif, timbal baliknya adalah Anda menjadi nyaman dengan situasi atau kondisi yang ada.

Selamat menjalani tes psikometri. Sukses untuk Anda.

LOWONGAN KERJA!

“Ingin mengembangkan karier di dunia audit bersama tim yang profesional dan berpengalaman? Kami membuka kesempatan bagi Anda untuk bergabung sebagai Supervisor, Senior Staff, dan Junior Staff di kantor akuntan publik. Jika Anda memiliki minat dalam audit eksternal, memiliki ketajaman analitis, semangat untuk terus berkembang, dan ingin berkontribusi dalam proyek-proyek menantang, inilah saatnya untuk mengambil langkah berikutnya dalam karier Anda!”

Kualifikasi untuk Supervisor:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi.
  • Sertifikasi: Lebih diutamakan jika memiliki gelar profesi atau sedang dalam proses memperoleh CPA (Certified Public Accountant).
  • Pengalaman: Minimal lima tahun pengalaman kerja di bidang audit eksternal, dan setidaknya dua tahun di posisi supervisi.

Kompetensi:

  • Mampu menganalisis laporan keuangan dan mengidentifikasi ketidaksesuaian atau potensi risiko.
  • Memahami dan mampu menerapkan standar akuntansi (PSAK, IFRS, GAAP), regulasi terkait audit, dan praktek terbaik dalam industri audit.
  • Dapat menginterpretasikan data keuangan dan menemukan pola atau anomali dalam transaksi.
  • Menguasai proses audit dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian audit.
  • Mampu mengidentifikasi permasalahan yang kompleks dalam proses audit dan mencari solusi sesuai dengan regulasi dan standar audit.
  • Memahami metodologi audit berbasis risiko dan strategi pengujian substantif serta compliance testing.
  • Mampu menyusun dan menyampaikan laporan audit secara jelas dan profesional. 
  • Mampu berkomunikasi secara efektif dengan klien untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. 
  • Memiliki keterampilan negosiasi yang baik dalam menjelaskan temuan audit kepada klien.
  • Mampu memimpin tim audit, memberikan arahan, dan memfasilitasi pertemuan audit.
  • Dapat bekerja secara independen maupun dalam tim dengan supervisi minimal.
  • Memiliki kemampuan supervisi yang kuat untuk mengelola tim, memprioritaskan pekerjaan, dan mengatasi tantangan yang muncul selama proses audit.
  • Dapat membimbing dan mengembangkan anggota tim.
  • Menjunjung tinggi kode etik profesi auditor dan prinsip independensi. 
  • Memiliki sikap skeptis profesional yang kuat dalam melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan.

Kualifikasi untuk senior staff:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi
  • Pengalaman: Minimal dua tahun dalam audit eksternal di Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kompetensi:

  • Mampu melakukan analisis yang mendalam terhadap laporan keuangan dan risiko audit.
  • Memahami standar akuntansi (PSAK, IFRS, dan GAAP) serta regulasi terkait audit.
  • Memahami proses audit dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian audit.
  • Mampu mengidentifikasi ketidaksesuaian dan permasalahan dalam proses audit.
  • Memiliki kemampuan komunikasi verbal dan tertulis yang baik, termasuk dalam menyampaikan hasil audit kepada klien.
  • Mampu membimbing dan mengarahkan junior auditor dalam pelaksanaan tugas audit. 
  • Dapat bekerja secara independen maupun dalam tim dengan supervisi minimal.
  • Mampu mendokumentasikan tugas-tugas atau temuan audit dengan jelas dan terstruktur.
  • Memiliki keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang baik.
  • Teliti dalam mengolah data dan informasi audit.

Kualifikasi untuk Junior Staff:

  • Laki-laki/Perempuan
  • Pendidikan: Minimal Sarjana (S1) Akuntansi
  • Pengalaman: lulusan baru (freshgraduate) atau memiliki satu tahun pengalaman dalam audit eksternal di Kantor Akuntan Publik (KAP)

Kompetensi:

  • Memahami dasar-dasar akuntansi keuangan, auditing dan perpajakan.
  • Mengenali standar akuntansi yang berlaku, seperti PSAK, IFRS, atau GAAP.
  • Memiliki pemahaman tentang proses audit eksternal dan risiko audit.
  • Mampu menganalisis laporan keuangan dan mengidentifikasi ketidaksesuaian dasar.
  • Mampu mengarahkan diri sendiri dan bekerja dengan tenggat waktu yang ketat. 
  • Mampu bekerja dalam tim dan memiliki komunikasi yang baik dengan kolega dan klien.
  • Menjunjung tinggi kode etik profesi auditor dan prinsip independensi. 
  • Memiliki sikap profesional yang kuat dalam melakukan peran sebagai auditor.

Kesempatan ini terbuka bagi Anda yang ingin berkembang dan berkontribusi di dunia audit eksternal. Jika Anda memenuhi kualifikasi dan siap untuk mengambil tantangan baru, jangan ragu untuk melamar!

Kirimkan CV dan surat lamaran Anda ke rekrutmen@akuntansi.id  dengan mencantumkan posisi yang dilamar dan nama Anda di subjek email (contoh: supervisor_Abidin) sebelum Jumat, 30 Mei 2025.  Kami tunggu kehadiran Anda dalam tim kami!”

Kepribadian dan Karir

Mengapa menggunakan kepribadian dalam memilih karir? Banyak psikolog dan konselor karir yang percaya bahwa kita menjadi lebih puas dan produktif bila menjalani karir yang sesuai dengan kepribadian kita. Motivasi kerja akan meningkat, bila kita melakukan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian kita. Dan ini sudah terbukti secara ilmiah.

Ada dua aspek utama dalam pekerjaan yang menentukan hal ini, yakni:

1. Sifat alami dari tugas-tugas yang dikerjakan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kita gunakan dalam bekerja seharusnya sepadan dengan hal-hal yang kita suka untuk kita lakukan dan merupakan subyek dari minat utama kita. Contoh, jika kita suka menolong dan mengembangkan orang lain, dan lebih suka berkomunikasi dibandingkan bekerja dengan benda/alat atau ide-ide, maka karir di bidang sosial (seperti, guru, dosen, psikolog, konselor) mungkin menjadi satu dari sekian banyak pekerjaan sosial yang akan kita nikmati dan dapat kita lakukan dengan baik.

2. Setiap diri kita memiliki ciri-ciri kepribadian yang mungkin sama dan mungkin bertentangan dengan orang lain. Dengan memilih pekerjaan (berkarir) sesuai dengan kepribadian kita, kita akan berada di sekitar orang-orang yang memiliki ciri kepribadian yang serupa, sehingga kita bisa saling berinteraksi dengan baik serta merasa nyaman untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Contoh, orang-orang yang menikmati bekerja sesuai dengan aturan dan prosedur yang baku, menyenangi paper work, data yang rumit, serta menyukai detail mungkin akan merasa tertekan bila berada dalam pekerjaan yang mengharuskannya berada dalam kelompok artis yang secara terus menerus berupaya untuk selalu mengekspresikan diri dan mencari inspirasi artistik yang tidak biasa. Berada diantara orang-orang seniman ini, tentunya sebuah beban untuk tipe orang dengan kepribadian seperti di atas.

Tipe kepribadian yang sama cenderung berhubungan satu sama lain dalam tempat kerja. Masing-masing tipe ini menciptakan sebuah lingkungan kerja yang sesuai dengan tipe kepribadian mereka. Contoh, sebuah lingkungan kerja yang terdiri dari banyak orang yang bertipe artistik, mencenderung untuk menghargai cara berpikir dan berperilaku yang kreatif dan inovatif. Tentunya adalah sebuah kendala besar yang dihadapi oleh orang yang bertipe investigatif bila berada di lingkungan kerja artistik, seperti contoh di atas.

Dengan demikian, kepribadian tidak hanya memprediksi seberapa baik ketrampilan kita cocok dengan tugas-tugas dari pekerjaan tertentu, tapi juga memprediksi bagaimana kita akan ‘fit’ dengan budaya di lingkungan kerja tempat kita berada, budaya tidak lain dan tidak bukan adalah orang-orang yang berada di sekitar kita dan yang berinteraksi dengan kita.

Pada akhirnya kepribadian akan mempengaruhi kepuasan kerja, produktivitas, dan kinerja kita dalam bekerja. Jadi tentukanlah karir seperti apa yang Anda inginkan dengan mempelajari diri Anda sendiri secara mendalam. Salam.

Membaca Novel? Mengapa Tidak

Jika Anda manager atau CEO, tapi tidak suka membaca novel, pertimbangkan lagi.

Membaca novel berdampak siginifikan bagi kemampuan kepemimpinan Anda, demikian tulis artikel dalam Harvard Business Review Agustus 2012. John Coleman, penulis artikel tersebut menyatakan bahwa kebiasaan membaca bacaan terfokus dan mendalam (deep reading), salah satunya membaca novel, merupakan karakteristik dari pemimpin-pemimpin besar.  Membaca novel menjadi katalis untuk mendapatkan wawasan baru, inovasi, empati, dan meningkatkan efektifitas pribadi.

Bahkan seorang Profesor bernama Christopher Michaelson, dari Universitas St. Thomas, Minnesota, Amerika, mengkaji pentingnya membaca novel bagi mahasiswa bidang bisnis untuk tetap kompetitif dan eksploratif dalam dunia kerja dan pribadi di abad 21.  Risetnya dimuat dalam jurnal ilmiah (Academy of Management Learning Education Journal, tahun 2016, vol. 15).

Profesor Michaelson juga menambahkan tujuh novel yang layak dibaca oleh pebisnis untuk bisa resiliens (tidak mudah patah, lenting) menghadapi ‘kejamnya’ dunia bisnis.  Berikut ini tujuh novel yang direkomendasikannya:

  1. The Circle, oleh Dave Eggers
  2. A week in December, oleh Sebastian Faulks
  3. The reluctant Fundamentalist, oleh Mohsin Hamid
  4. Frankenstein, or the modern Prometheus, oleh Mary Wollstonecraft Shelley
  5. Master and Man, oleh Leo Tolstoy
  6. The Pale King, oleh David Foster Wallace
  7. The embassy of Cambodia, Zadie Smith

Anda tidak harus mulai membaca novel dengan novel-novel di atas.  Novel apa saja, yang tipis, juga bisa berdampak pada kita. Berdasarkan pengalaman penulis, bukan tebal atau tipisnya novel, tapi bagaimana karakter dan kisah yang ada di cerita tersebut bersinggungan dengan kenyataan hidup pembacanya.  itulah yang menarik.

“deep reading”

Membaca novel, yang juga merupakan “deep reading” memang seringkali tidak mudah, selain alasan waktu, juga alasan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan yang ditangani.  Untungnya, pemikiran ini salah. Dampak positif membaca novel sangat banyak dan juga telah dibuktikan dalam riset-riset ilmiah, salah satunya seperti yang telah disebutkan diatas.

Pembaca buku atau novel (deep reader) juga merupakan orang yang selalu menarik untuk ditemui dan ajak bicara. Deep reader biasanya orang yang cerdas, bijak, dan memiliki perspektif yang beragam dengan pemikiran yang luas.  Berada di dekat orang yang suka membaca buku, bahkan dapat membuat kita jatuh cinta.  Mengapa?

People Skill

Riset menunjukkan bahwa orang-orang yang hobi membaca buku termasuk novel, memiliki kemampuan people skills yang lebih tinggi daripada orang yang enggan membaca buku.  Membaca novel, berarti belajar memahami karakter tokoh-tokohnya dengan situasi-situasi yang mereka hadapi. Mencermati berbagai kondisi dan peristiwa yang dialami tokoh-tokoh tersebut mau tidak mau akan memberikan gambaran pada Anda untuk antisipasi bila menghadapi situasi dan kondisi yang sama.

Tak ada kata telat untuk mulai membiasakan diri membaca buku, bahkan untuk mulai membiasakan membaca buku, Anda dapat memulainya dengan membaca novel. Novel yang bagus, akan membuat Anda semakin ingin mencari novel lainnya dan membuat Anda semakin menarik.

Jadi tunggu apalagi? segera cari novel yang sudah lama ingin Anda baca, dan mulailah membacanya sesegera mungkin!

Apa yang Perusahaan Cari dari Asesmen Psikologis?

Dalam 30 tahun terakhir ini, penggunaan assessmen psikologis di tingkat korporasi meningkat pesat, terutama di negara maju, seperti Amerika dan negara-negara di benua Eropa. Alasan-alasan penggunaan asesmen psikologis ini bermacam-macam, namun dapat diringkas menjadi tiga alasan utama.

Pertama, perusahaan ingin meminimalkan resiko finansial karena salah merekrut pegawai. Dengan menggunakan asesmen, perusahaan berharap tidak mendapatkan pegawai yang ‘bermasalah’ sehingga tidak muncul biaya tinggi akibat salah rekrut. Biaya akibat salah rekrut, relatif cukup besar. Berdasarkan penelitian di Amerika, salah rekrut bisa berakibat 30% biaya HR meningkat. Diantaranya biaya iklan, training, belum lagi biaya gaji dll. Sungguh bukan biaya yang kecil.

Alasan kedua, perusahaan ingin mendapatkan pegawai yang ‘fit in’ dengan karakteristik pekerjaan yang ditangani. Ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tidak dapat dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki karakteristik kepribadian tertentu. Katakan pekerjaan sebagai desainer, dibutuhkan orang yang memiliki sense of art yang tinggi dan memiliki kreatifitas. Bukan orang yang cenderung ‘follower’ dan berorientasi pada prosedur. Dengan demikian, diharapkan kesesuaian tersebut dapat meningkatkan kinerja, baik kinerja pegawai itu sendiri maupun kinerja perusahaan.

Alasan ketiga, dengan dilakukannya asesmen, perusahaan mengetahui orang-orang seperti apa yang cocok dengan budaya perusahaan tersebut. Misalnya, perusahaan membutuhkan orang-orang yang mampu mengambil keputusan di bawah tekanan, khususnya pada perusahaan jasa atau perusahaan konsultan. Atau orang-orang yang dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok, dan bukan orang-orang yang berkarakteristik individualis atau kompetitif. Dengan demikian, baik calon pegawai maupun perusahaan sama-sama diuntungkan karena memiliki nilai-nilai yang sama.

Seperti apa asesmen psikologis itu? Ada beragam bentuk asesmen psikologis, diantaranya personality assessment berupa profil kepribadian, decision making test, tes inteligensi kognitif, critical thinking, tes kreatifitas dll. Tes kejujuran (integritas), termasuk dalam personality assessment dan banyak dibutuhkan oleh perusahaan. Disamping itu, untuk pegawai-pegawai yang akan mengisi level managerial, perlu dilakukan asesmen yang berkaitan dengan kepemimpinan, delegasi, develop otherstrategic thinking, mengatasi konflik, untuk kriteria-kriteria ini perusahaan bisa menggunakan pendekatan assessment center.

Jadi apa yang harus dilakukan perusahaan untuk mendapatkan hasil maksimal dari asesmen psikologis ini? Tentunya perusahaan harus memiliki kriteria dan standar yang jelas apa saja yang akan dinilai dari calon pegawai tersebut dan yang memang sesuai kebutuhan perusahaan. Katakan untuk level manajerial di posisi pemasaran, tentunya dibutuhkan orang-orang yang mampu melihat peluang pasar, memiliki kesadaran bisnis, disamping juga mampu memimpin dan mengelola bawahan dengan baik. Di sisi lain, juga memiliki kriteria yang sesuai dengan budaya perusahaan (misalkan, mengutamakan komitmen).

Jadi sebelum memutuskan menggunakan asesmen, sebagai orang HR, Anda harus cari tahu lebih dalam orang-orang seperti apa yang dibutuhkan perusahaan Anda.

Positive Psychological Assessment

Sejak konsep psikologi positif yang dipelopori oleh Seligman dan Csikszentmihalyi muncul di era tahun 2000an, perkembangan alat ukur yang mengukur aspek-aspek positif manusia juga terus berkembang. Penilaian aspek-aspek positif individu dinilai mampu membuat perbedaan pada individu (individual differences), hal ini didasarkan pada dua asumsi: 1. Data yang berkaitan dengan aspek positif dan negatif manusia dapat muncul pada setiap orang, 2. Setiap orang memiliki kekuatan-kekuatan psikologis dan kapasitas untuk mencapai fungsi optimalnya sebagai manusia.

Dengan mengidentifikasi dan mengukur kekuatan (aspek positif) manusia, proses-proses yang sesuai (healthy process), dan fulfillment dimungkinkan dapat memberikan efek positif pada manusia. Beberapa hipotesis positive psychological assessment yang telah terbukti dituliskan di bawah ini:

  • Mengidentifikasi dan mendorong kekuatan manusia (human strengths) dapat meningkatkan pencapaian (achievement). Eksperimen dilakukan di SMA di Philadelphia USA, menunjukkan bahwa kurikulum yang mendorong kekuatan (human strength) sebagai central point dapat meningkatkan nilai rata-rata siswa dan menaikkan skor tes nasional di SMA tersebut.
  • Manajemen berbasis human strengths meningkatkan makna dan produktifitas kerja. Berdasarkan riset yang dilakukan Gallup tahun 2001 dengan meng-interview dua juta pimpinan (CEO, aktivis, guru, dll) menemukan bahwa setiap orang memiliki bakat menetap dan unik. Dan ruang pertumbuhan terbesar dari setiap orang berada pada area kekuatan terbesar orang tersebut (Buckingham & Clifton, 2001).
  • Mengukur dan mendorong kekuatan dapat meningkatkan kesehatan mental (mental health). Seligman (1998) menyatakan bahwa terdapat sekumpulan kekuatan manusia yang dapat menjadi penyangga melawan sakit mental, yakni keberanian, optimis, ketrampilan interpersonal, work ethic, harapan, kejujuran, dan ketekunan.

Mencermati dampak positif dari positive psychological assessment, sudah sewajarnya tes-tes yang mengukur aspek-aspek positif manusia semakin berkembang, khususnya tes-tes psikometri. Dunia psikologi, khususnya di Indonesia diharapkan tidak hanya memulai dari diagnosis penyakit mental saja, namun juga berangkat dari human strengths

Seberapa Penting Work Life Balance?

Saat ini kita pasti sering mendengar istilah work life balance. Istilah ini sering digunakan oleh para karyawan untuk menjaga keseimbangan antara tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan pribadi. Menjaga keseimbangan antar kedua hal ini sangat penting.  Kita dituntut untuk mampu mengalokasikan waktu dan energi untuk kehidupan kerja dan kehidupan pribadi secara seimbang. Dengan begitu kita dapat meningkatkan produktivitas kerja dan dapat mengeksplor hobi atau kemampuan lain di luar pekerjaan.

Menurut riset, jika kita mampu menerapkan work life balance dengan baik, kita pun akan lebih bahagia karena mampu menjalani pekerjaan dan kehidupan pribadi secara seimbang. Survei internasional, Deloitte yang bertajuk The Deloitte Global 2022 Gen Z and Millennial Survey, mencatat bahwa work life balance atau keseimbangan kerja menjadi prioritas utama generasi ini. Tercatat sebanyak 32% responden Gen Z dan 39% milenial menyatakan keseimbangan kerja menjadi pertimbangan mereka bekerja di perusahaan mereka saat ini.

Berikut manfaat dan cara mewujudkan work life balance bagi para karyawan:

Manfaat work life balance

1. Menurunkan resiko stres

Banyak karyawan yang tidak mampu menerapkan work life balance karena tekanan dan tuntutan pekerjaan yang berat. Tidak sedikit karyawan yang mengalami stres karena hal ini. Stres merupakan masalah kesehatan yang paling sering dialami karyawan. Jika dibiarkan bisa mengakibatkan burnout dan menurunnya produktivitas.

Untuk itu sangat penting menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jika kita mampu menjaga keseimbangan kedua hal ini, kinerja akan meningkat. Bahkan bisa menjadi lebih produktif. Kita pun masih memiliki waktu untuk melakukan hal lain yang menyenangkan.

2. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa, karyawan yang bekerja 50 jam atau lebih dalam seminggu berdampak negatif bagi kehidupan pribadi. Juga berdampak buruk terhadap kesehatan, baik fisik maupun mental. Bekerja keras boleh saja namun jangan sampai mengorbankan kesehatan, baik kesehatan fisik maupun mental. Tidak ada yang lebih penting dari kesehatan.

Untuk itu ketika jam kerja, fokus dengan apa yang dikerjakan. Pastikan pekerjaan dapat selesai tanpa ada tambahan jam kerja atau lembur. Begitupun ketika berada di rumah, beri waktu dan ruang bagi otak dan tubuh untuk beristirahat. Hilangkan dan singkirkan terlebih dahulu pikiran tentang pekerjaan atau apa yang terjadi di tempat kerja. Di saat ini sebaiknya fokus hanya pada kehidupan pribadi saja. Jika kita mampu menjaga keseimbangan antara dua hal ini, maka hidup kita akan lebih rileks dan bebas dari stres.

3. Meningkatkan kualitas hidup dan performa kerja

Mampu menerapkan Work life balance dengan baik juga berdampak positif pada kualitas hidup dan performa kerja. Pasalnya, kesehatan fisik dan mental sudah terjaga dengan baik. Kita juga bisa mengerjakan pekerjaan dengan lebih fokus. Sehingga dapat memberikan kinerja terbaik untuk perusahaan, tanpa perlu khawatir berlebihan dengan kondisi kehidupan sosial.

Begitupun saat di luar jam kerja, kita akan lebih tahu prioritas hidup diri sendiri. Memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan keluarga atau teman, tanpa terbebani pekerjaan di kantor.

Cara mewujudkan work life balance

1. Buat prioritas pekerjaan

Hal pertama untuk mewujudkan work life balance adalah membuat dan menetapkan prioritas tugas atau kegiatan. Catat dan dahulukan tugas mana yang sekiranya penting atau urgent. Jika pekerjaan yang diterima terlalu banyak dan melampaui batas kemampuan, kita bisa meminta bantuan rekan kerja lain atau meminta tambahan waktu untuk menyelesaikannya.

2. Tidak menunda pekerjaan

Jika kita memiliki kebiasaan menunda-nunda tugas, maka hilangkan kebiasaan itu. Ingat menunda pekerjaan tidak membuat pekerjaan tersebut selesai dengan sendirinya. Melainkan tugas akan semakin menumpuk hingga semakin sulit untuk dikerjakan.

Solusinya, mulailah mengerjakan tugas yang mudah terlebih dahulu. Selesaikan satu persatu sebelum lanjut ke tugas selanjutnya. Semakin cepat kita menyelesaikan pekerjaan, waktu istirahat semakin banyak pula. Kita pun dapat melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan.

3. Tetapkan kapan harus berhenti

Tuntutan dan tekanan kerja yang begitu berat dan banyak dalam setiap waktu, menyebabkan banyak karyawan yang mencurahkan seluruh waktu dan energinya pada pekerjaan. Bahkan saat libur dan akhir pekan. Akibatnya, energi pun habis dan tidak memiliki banyak waktu untuk menjalankan kehidupan pribadi.

Jika kita sudah berada di tahap ini, cobalah berhenti dan beristirahat. Kita bisa mengambil cuti 1-2 hari untuk melakukan aktivitas apapun yang disukai. Misalnya, pergi berlibur atau menjalankan hobi. Jangan lupa untuk mematikan notifikasi ponsel, memberitahu atasan, dan rekan kerja bahwa kita sedang cuti. Siapa tahu dengan mengambil cuti bisa memulihkan diri dari aktifitas kerja. Bisa kembali semangat dan fokus saat kembali bekerja nantinya.

Tips Menghadapi Psikotes Kerja

Untuk Anda yang sedang mendapat panggilan kerja, salah satu fase yang harus dilewati selain proses wawancara kerja yaitu mengikuti tes psikologis atau psikotes. Psikotes merupakan tahapan seleksi untuk mengetahui karakteristik kerja seseorang dan bagaimana kecocokan karakteristik tersebut dengan budaya perusahaan dan tipe pekerjaan yang akan ditangani. Tujuan dari psikotes adalah untuk mengukur kemampuan, keterampilan serta karakteristik individu secara psikologis.

Jika Anda belum mengetahui apa itu tes psikologis atau psikotes, maka sebelum mengikuti tes ini wajib mencari tahu atau melakukan riset terlebih dahulu. Mencari tahu bagaimana proses psikotes,  juga dapat membantu Anda melewati soal tes dengan baik. Psikotes sendiri terdiri dari beberapa jenis tes, jadi penting untuk memahami tes ini dengan baik.

Berikut tips menghadapi psikotes kerja:

1. Persiapan fisik

Persiapan satu ini merupakan persiapan dasar yang tidak kalah penting sebelum menghadapi psikotes kerja. Saat mengikuti psikotes, kita  dituntut untuk memiliki fokus yang baik dalam mengerjakan setiap soal dengan batasan waktu yang telah ditentukan.

Oleh karena itu, usahakan kondisi fisik benar-benar fit, jangan lupa untuk makan terlebih dahulu sebelum mengikuti tes. Pastikan untuk istirahat yang cukup agar tubuh dan pikiran menjadi lebih segar dan siap menghadapi psikotes.

2. Datang tepat waktu

Datang tepat waktu sangat penting ketika mengikuti psikotes.  Ini  memberikan kesan yang baik dan menunjukan bahwa kita serius dalam mengikuti tes. Berbeda jika kita datang terlambat, selain memberikan kesan buruk, datang terlambat juga membuat kita merasa terburu-buru dan cemas saat mengerjakan soal. Selain itu, jika psikotes ini diikuti oleh beberapa peserta, dapat mengganggu konsentrasi mereka yang sedang mengerjakan tes.

3. Memahami instruksi dengan cermat

Psikotes biasanya terdiri dari beberapa jenis tes psikologi, seperti tes IQ, tes kepribadian, tes kemampuan dan lain sebagainya. Setiap jenis tes ini memiliki cara mengerjakan yang berbeda, mulai dari ketentuan hingga waktu pengerjaannya.  

Oleh karena itu, ketika diberikan soal psikotes, hal pertama yang dilakukan adalah jangan buru-buru untuk mengerjakannya. Luangkan waktu sebentar untuk membaca instruksi dengan cermat hingga paham. Baca dan pahami setiap instruksi, perintah, maupun larangan yang diberikan. Jika ada instruksi  yang kurang jelas atau tidak dipahami, Anda bisa menanyakan hal tersebut.

4. Fokus, teliti, dan tenang

Fokus, teliti, dan bersikap tenang merupakan kunci utama dalam memudahkan kita mengerjakan psikotes dengan baik. Kerjakan dan baca setiap soal dengan fokus. Teliti dan hindari distraksi yang dapat menghambat kita dalam mengikuti psikotes. Yang terakhir yang tidak kalah penting adalah bersikaplah tenang. Meskipun psikotes memiliki batasan waktu, namun jangan sampai Anda terburu-buru dalam mengerjakannya.  

Tanpa ketiga hal tersebut diatas , hasil yang diharapkan akan jauh dari kenyataan. Meskipun Anda pandai dan cerdas, tetapi tanpa fokus, ketelitian, dan ketenangan, hal ini menjadi sebuah kekurangan. Bahkan bisa membuat Anda gagal ujian tes.

5. Miliki manajemen waktu yang baik

Salah satu hal yang membuat kandidat gagal dalam psikotes karena manajemen waktu yang buruk. Mereka tidak mampu me-manage waktu dengan baik dalam menjawab atau mengerjakan soal psikotes. Tips penting yang harus dilakukan adalah ketika Anda sudah menjawab satu soal, segera fokus ke soal berikutnya. Kerjakan soal secara berurut jika ingin optimal. Hal ini demi menjaga konsentrasi sekaligus mengatur kecepatan dalam mengerjakan soal. Psikotes memang bisa dibilang gampang-gampang susah. Mengapa demikian? Psikotes menuntut pemahaman kita tentang diri sendiri. Tidak ada jawaban benar atau salah dalam soal-soal kepribadian. Dalam penilaian psikotes, bukan hanya kecerdasan yang dipertimbangkan, tetapi juga karakter pribadi yang diinginkan oleh perusahaan. Maka dari itu, yakin dalam menjawabnya. Semakin Anda mengenali diri sendiri, semakin baik Anda menjalaninya.

Our Partner