Our Perspectives

Tips Menjadi Entrepreneur – Perhatikan Dua Tahapan Ini

Banyak sekali tips menjadi entrepreneur ditemukan dalam berbagai sumber. Namun demikian, adalah penting untuk mengenali tahapan-tahapan agar sukses menjadi entrepreneur.

Anda yang sedang ingin juga berkarir sebagai entrepreneur sebaiknya tahu bahwa untuk menjadi sukses dalam bisnis apapun perlu berbagai tahapan. Namun, ada dua tahapan krusial yang tidak boleh dilewati. Apa saja tahapan-tahapan tersebut? Dibawah ini Anda akan mengetahui kedua tahapan tersebut.

Tulis Rencana dan Tujuan Bisnis

Ketika Anda ingin menjadi entrepreneur yang sukses, Anda perlu membuat rencana yang jelas. Ini adalah salah satu tips penting untuk menjadi entrepreneur yang berhasil. Anda perlu menuliskan apa dan bagaimana jenis bisnis yang Anda ingin bangun, tujuan dari bisnis tersebut, dan Anda perlu mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan untuk bisnis Anda tersebut.

Bangun Kepercayaan Bisnis

Hal lainnya yang harus Anda lakukan dalam bisnis adalah membangun kepercayaan. Ini merupakan hal yang sulit terutama untuk pemain baru dalam bisnis. Banyak orang yang tidak akan melihat Anda dan bahkan mereka mungkin akan meremehkan apa yang Anda kerjakan.

Seringkali hal tersebut akan membuat kita berkecil hati. Namun ini adalah tantangan yang perlu Anda cari tahu solusinya. Anda perlu fokus dalam membuat citra bisnis Anda dan mendapatkan kepercayaan dengan cara menawarkan produk dan memberikan layanan  terbaik.

Dengan mengetahui secara rinci apa bisnis dan tujuan bisnis Anda, dan terus membangun kepercayaan, niscaya akan semakin banyak orang percaya pada Anda. Bisnis pun akan semakin tumbuh.

Semakin banyak orang yang tahu tentang bisnis Anda maka semakin besar peluang mereka menggunakan produk dan jasa Anda. Ini tentu akan menaikkan keuntungan Anda, sekaligus, menjadikan Anda seorang entrepreneur sukses.

Pentingnya Tes Pikometri Untuk Rekrutmen Pegawai

Sebelum dihadapkan dengan pekerjaan baru Anda, tentu terlebih dahulu Anda harus mengirim lamaran, kemudian melakukan tes kerja bukan? Keberadaan tes kerja ini sendiri ternyata banyak digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui bagaimana kemampuan dan kompetensi calon pegawai.

Apa itu psikometri

Tes yang dimaksudkan disini dikenal juga dengan nama tes psikometri. Biasanya digunakan mandiri oleh perusahaan, ataupun juga digabungkan dengan metode assessment center. Metode tes psikometri sendiri ternyata sudah ada sejak tahun 1920-an dimana awalnya digunakan didalam seleksi anggota-anggota militer pada saat itu. Tak bisa dipungkiri, dunia militer memang jauh lebih berkembang dalam bidang pengukuran dan penilaian aspek mental manusia dibandingkan dengan bidang lainnya.

Dalam dunia kerja, penggunaan tes ini sangat penting untuk mengetahui apakah calon pegawai  sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh perusahaan ataukah tidak? Dalam tes itu sendiri biasa ada beberapa tipe pertanyaan maupun aspek-aspek apa saja yang ingin digali dan dinilai dari seorang kandidat.

Berikut ini adalah ulasan ringkas terkait aspek-aspek yang diukur. Penggunaan tes psikometri ini sendiri bisa berguna untuk membantu Anda mengenali dan mengetahui bagaimana perilaku calon kandidat fit dengan kebutuhan perusahaan Anda.

Bagaimana pengukuran perilaku dilaksanakan

Perilaku sendiri merupakan sebuah hal yang dikerjakan oleh seseorang, baik itu bisa diamati secara langsung maupun tidak langsung. Biasanya perilaku baru akan terjadi apabila ada stimulus dan kemudian sebuahh respon atau reaksi mengikuti. Bentuk-bentuk perilaku tersebut bisa digolongkan menjadi dua kelompok yaitu.

1. Perilaku tertutup

Pengukuran perilaku seseorang bisa dilihat dari jenis perilaku yang tertutup ini. Pada umumnya, jenis perilaku yang satu ini akan terjadi apabila stimulus tidak mampu diamati oleh orang luar dengan jelas. Respon seseorang terhadap reaksi masih cukup terbatas, seperti dalam bentuk perasaan, persepsi, harapan, dan lainnya.

2. Perilaku terbuka

Lain halnya dengan bentuk perilaku terbuka, perilaku ini bisa segera dilihat, seperti meliputi tindakan dan praktik dan bisa diamati oleh orang luar.  Misal, perilaku lapar, yang diikuti dengan makan dengan lahap. Orang lain bisa mengetahuinya karena terlihat dengan jelas.

Selanjutnya untuk dapat memahami perilaku kerja kandidat, maka dilakukan beragam tes. Termasuk didalamnya, tes psikometri dan penilaian kompetensi. Tes psikometri sendiri bisa digunakan untuk beragam tujuan. Misal, untuk tujuan mengukur kepribadian, minat, sikap kerja, kecerdasan, dsb.  Tes psikometri juga dapat dibangun untuk mengetahui ciri kepemimpinan seseorang.  Kepemimpinan sendiri merupakan sebuah kompetensi.  Sehingga untuk mengukur kompetensi kepemimpinan akan lebih tepat menggunakan assessment center yang dilengkapi dengan penggunaan tes psikometri.

Untuk itu, tes-tes psikometri tidak bisa dilepaskan penggunaannya dalam penilaian kompetensi kandidat.  Semakin beragam alat tes yang digunakan dalam mengukur kompetensi, akan semakin valid informasi yang diperoleh.

Demikian sekilas informasi terkait tes psikometri dan bagaimana hubungannya dengan penilaian kompetensi. Semoga bermanfaat.

Ketahui apa itu Assessment Center

Guna mengetahui potensi dan kompetensi seorang individu, baik itu untuk keperluan rekrutmen atau untuk promosi dan lain sebagainya, maka diperlukan  penilaian kompetensi serta pengukuran perilaku yang bisa dilakukan melalui pendekatan assessment center. Simak pembahasannya lebih lanjut sebagai berikut.

Pengertian Assessment Center

Assessment center adalah proses penilaian mengenai kompetensi seorang individu yang dapat membedakannya dari individu berkinerja tinggi dan rata-rata sehingga diprediksi akan mampu melakukan pekerjaan dengan lebih baik dibandingan individu lainnya. Assessment center terdiri dari serangkaian metode dan tes, kegiatan dan juga simulasi untuk menilai kesiapan seseorang untuk suatu posisi jabatan atau menilai kebutuhan pengembangannya.

Proses penilaian tidak hanya dilakukan oleh satu asesor, namun oleh beberapa assessor yang akan memantau dan menilai apakah seseorang tersebut memiliki level kecakapan kompetensi sesuai levelnya atau tidak.

Asesmen dan tes yang dijalankan tersebut dapat memakan waktu yang lama, yakni bisa berlangsung selama beberapa jam hingga selama beberapa hari tergantung dari tujuan penilaian tersebut.  Semakin tinggi posisi yang dinilai, akan semakin lama proses penilaian dilakukan. Tujuan dari assessment center ini ialah untuk menilai dan mengevaluasi untuk selanjutnya merekomendasikan kandidat dan memberikan saran pengembangan terkait  kemampuan individu.

Aneka Metode Assessment Center

Berikut ini adalah jenis metode dan tes yang bisa dipergunakan dalam assessment center.

1. In Basket

Kandidat diminta untuk melakukan kajian terhadap sejumlah data atau informasi dalam waktu yang terbatas dalam beragam dokumen atau surat, guna menentukan keputusan tindakan yang harus diambil.

2. Leaderless Group Discussion

Tiap kandidat diminta untuk berdiskusi dan mengambil keputusan terkait suatu kasus, dalam situasi yang tidak terstruktur dan penuh ketidakpastian. Asesor akan menilai kapasitas kompetensi dari setiap kandidat.

3. Case Study

Setiap kandidat akan diminta untuk melakukan analisis kasus tertentu dan mencari alternatif solusi yang terbaik serta juga rekomendasi atas kasus tersebut dengan mengemukakan alasannya secara rasional.  Kasus-kasus yang diberikan dirancang dengan secara khusus yang menyerupai kondisi pekerjaan yang sebenarnya.

4. Presentation

Masing-masing kandidat secara individual akan diminta untuk menyajikan suatu desain program kerja tertentu terkait dengan tujuan organisasi dan lalu selanjutnya mempresentasikannya kepada assessor.

Kombinasi hasil penilaian dari berbagai metode tersebut lantas digabungkan untuk menentukan skor nilai akhirnya.

Persiapan Sebelum Menjalani Assessment Center

Kegagalan yang terjadi saat menjalani assessment center itu bisa terjadi antara lain akibat kegugupan, atau akibat ketidakpahaman atas metode yang dipergunakan, jadi bukan karena kompetensi yang tidak memenuhi persyaratan. Berikut ini  tips supaya dapat menjalani Assessment Center dengan baik.

1. Memahami Kriteria Penilaian dengan Jelas dan Detil

Sedini mungkin carilah informasi mengenai kriteria penilaian dengan jelas dan detil. Namun, jika tidak mendapatkan informasi tersebut, pastikan bahwa Anda siap menjalankan asesmen sebaik mungkin. Bagaimanapun asesmen tidak akan jauh berbeda dari kebiasan-kebiasan kerja yang dilakukan sehari-hari. Kompetensi Anda akan muncul dengan sendirinya saat diberikan suatu kasus.

2. Pembagian Waktu dengan Cermat

Bagilah waktu pengerjaan tiap tes dan tugas dengan cermat supaya tidak mengalami kehabisan waktu. Fokus dan konsentrasi tinggi akan sangat membantu dalam menghadapi assessment center.

3. Tunjukkan Antusiasme

Penting untuk bersikap optimis dan percaya diri, serta menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap posisi jabatan yang hendak diisi, sehingga assessor dapat diyakinkan bahwa Andalah kandidat yang tepat untuk posisi tersebut. Tingkat motivasi yang tinggi tersebut akan sangat dihargai dan bisa menjadi nilai plus.

Peran Kompetensi dan Motivasi dalam Membangun Karir

Mencari kerja bukanlah hal yang mudah. Setuju? Selain faktor banyaknya pesaing yang luar biasa jumlahnya, seringkali pekerjaan yang ditawarkan tidak sesuai dengan kompetensi jurusan yang ditekuni saat kuliah.

Bisa kita bayangkan bagaimana rasanya melamar pekerjaan di banyak perusahaan atau instansi tapi tidak di panggil-panggil, dan bagaimana rasanya melamar pekerjaan namun tidak sesuai dengan passion dan kompetensi. Berat? Jangan ditanya lagi. Jika boleh diminta, tentunya kita ingin bekerja sesuai bakat, minat dan kompetensi.

Banyak penyebab mengapa seseorang pada akhirnya bekerja tidak sesuai dengan kompetensi, diantaranya sebagai berikut:

Bersikap realistis.

Mereka sadar akan konsekuensi dan bersedia mengambil pekerjaan apapun. Realita ketidaksesuaian kompetensi dengan pekerjaan yang dijalani merupakan sesuatu yang wajar. Tidak semua orang mendapatkan apa yang diinginkannya. Dengan sikap menerima, bahwa apa yang dijalani adalah alternatif untuk menyambung hidup, maka kita pun bersikap realistis dan mulai mengakrabi pekerjaan yang ada.

Faktor kepepet

Pada dasarnya faktor ini tidak beda jauh dari alasan sebelumnya.  Faktor kepepet ini yang menjadi alasan mengapa kita merasa perlu bekerja apa saja demi mencukupi kebutuhan. Apapun jenis pekerjaan itu menjadi tidak terlalu penting untuk dipikirkan atau ditolak. Yang penting adalah halal, kebutuhan terpenuhi, dan tidak sampai pinjam sana-sini.

Kuliah tidak sesuai passion

Kamu mungkin saat ini akan mengikuti SBMPTN dan telah memilih jalur sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Sayangnya, takdir berkata lain. Tidak diterima pada jurusan favorit, namun diterima di jurusan yang lain. Alhasil, jurusan yang diinginkan tidak sesuai dengan minat, dan saat bekerja memilih pekerjaan yang memang sesuai dengan minatnya.

Belum menemukan passion pada diri

Belum menemukan passion yang dimiliki adalah dilema tersendiri. Masalah ini tidak hanya menyebabkan kesulitan dalam menentukan jurusan, namun juga susah dalam memutuskan pekerjaan jenis apa yang ingin ditekuni.

Ketidaksesuaian antara kompetensi dengan pekerjaan yang ditekuni tentunya menjadi masalah serius saat sedang bekerja. Karenanya motivasi memegang peranan penting agar seseorang tetap dapat sukses dalam karir, walaupun kompetensi yang dimiliki tidak sejalan dengan pekerjaan yang dijalani.

Dengan berjalannya waktu, kompetensi baru akan berhasil dikembangkan.  Motivasi untuk membangun kompetensi baru ini yang memegang peranan penting untuk berhasil tidaknya seseorang sukses dalam berkarir.

Kompetensi dan motivasi adalah dua hal krusial yang perlu diperhatikan seseorang yang membangun karir.  Motivasi mengindikasikan bagaimana seseorang terdorong untuk meraih sesuatu. Apa yang mendorong atau memotivasinya tersebut menjadi sumber tenaga untuk meraih tujuan karirnya. Motivasi mempengaruhi perilaku seseorang, termasuk perilakunya dalam bekerja. Salah satunya, terkait dengan cara beradaptasi dengan lingkungan dan mendukung pekerjaan yang ditekuni dalam kurun waktu yang lama.

Di sisi lain, kompetensi berhubungan dengan keterampilan, karakter pribadi setiap orang, sisi emosional, intelektualitas, dan sikap kerja. Bersama-sama motivasi, keduanya saling menguatkan agar mampu menjalani pekerjaan dengan baik.

Kompetensi dan motivasi sangat penting untuk dimiliki setiap pekerja. Motivasi menjadi semangat, gairah dalam diri untuk beraktivitas dan lebih produktif. Kompetensi membantu mempermudah dan melancarkan menjalankan tugas-tugas dengan efektif.

Paduan antara kompetensi dan motivasi yang besar menghasilkan output yang maksimal pada pekerjaan yang dihasilkan.

Tiga Tes Kerja yang Harus Dijalani untuk Mengetahui Kompetensi Pelamar

Mencari kerja bukanlah hal yang mudah. Apalagi di tengah-tengah banyaknya kompetitor seperti sekarang ini dengan lahan kerja yang terbatas sedangkan jumlah pesaing semakin meningkat.

Proses seleksi juga tidak semudah dahulu saat jumlah pelamar masih terbatas. Untuk itu, perusahaan melakukan seleksi yang ketat untuk mendapatkan kandidat terbaik, salah satunya melalui tes atau asesmen. Setidaknya, ada tiga jenis tes kerja yang harus dilampaui, diantaranya yaitu:

Tes Psikotes

Tes kerja dalam bentuk psikotes adalah jenis tes yang cukup menakutkan. Ya, jenis tes ini pada dasarnya tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang sedang melamar kerja, tetapi juga ditujukan bagi para calon mahasiswa yang bersaing untuk mendapatkan kursi di bangku magister dan doktoral.

Bisa di kata tes ini adalah momok bagi yang mengikutinya. Namun, cara menaklukkannya cukup mudah sebenarnya, yaitu dengan cara  rajin berlatih tes psikotes sejak jauh-jauh agar terbiasa dengan model soal yang diujikan. Dengan cara tersebut, Anda akan merasa lebih familiar dengan model soal yang disajikan.

Anda bisa cek model soalnya di mesin pencari, atau dengan membeli buku tes psikotes untuk mempelajarinya lebih lanjut. Jika sudah familiar, soal yang mulanya terasa sulit menjadi lebih mudah saat dikerjakan.

Tes wawancara

Tes wawancara sifatnya face to face. Walau sifatnya lebih ringan dibandingkan dengan tes  psikotes yang lebih menguras tenaga, tes wawancara memerlukan keahlian tersendiri agar pewawancara tertarik dengan Anda dan ingin mengetahui lebih jauh. Siapa yang menjadi pewawancara juga sangat bergantung pada posisi jabatan yang dilamar. Perusahaan yang besar, biasanya menggunakan jasa psikolog saat proses rekrutmen khususnya melalui tes psikotes dan wawancara.

Sayangnya, keberadaan psikolog sebagai pihak eksternal yang tergabung dalam proses perekrutan ini, membuat tes semakin berat karena menggunakan ilmu dan profesionalitas yang dimiliki psikolog. Perusahaan biasanya siap membayar mahal untuk itu untuk mendapatkan kandidat staf yang memiliki komptensi yang unggul.

Bagi perusahaan yang tidak ingin mendapatkan mengeluarkan banyak biaya untuk hire  psikolog, beberapa pihak internal yang ditunjuk sebagai pewawancara diantaranya adalah dengan user atau calon atasan calon pegawai. Bisa juga langsung dengan direktur atau pemilik perusahaan. Sukses wawancara tidak lepas dari performa yang menarik saat berhadapan dengan pihak pewawancara, mulai dari segi penampilan, logika berpikir, maupun cara penyampaian dan gestur yang ramah serta tidak berlebihan.

Tes Kesehatan

Tes yang terakhir adalah tes kesehatan. Tes ini dilakukan untuk memastikan bahwa calon staf dalam kondisi sehat fisik. Adapun prasyarat kesehatan yang diajukan masing-masing perusahaan berbeda-beda. Ada yang wajib tidak buta warna, ada yang meng-syaratkan kondisi paru-paru dalam keadaan normal, dan tidak mengalami keluhan kesehatan kronis seperti penyakit jantung dan hipertensi.

Berhasil lolos dari ketiga tes kerja di atas, potensi untuk diterima bergabung dalam perusahaan menjadi terbuka. Anda siap menyongsong masa depan yang lebih cerah.

Pengembangan Karir

Perkembangan karir yang berjalan lancar tentu menjadi keinginan bagi siapapun. Setiap pekerja tentu ingin karirnya tak stagnan. Orang memilih suatu karir karena yakin pilihan karir yang ia tempuh akan membawanya jadi berkembang, baik berkembangnya finansial maupun kualitas hidup.

Dampak pengembangan karir dapat berupa peningkatan status yang berarti bertambahnya gaji atau jabatan yang lebih tinggi.  Bisa juga meningkatnya keahlian dan kapasitas diri sehingga nilai kita sebagai pekerja akan terus meningkat. Untuk memperoleh keduanya; seringkali dibutuhkan usaha yang serius dan berkelanjutan.

Terkadang pengembangan karir dapat diperoleh dengan melakukan terobosan. Baik, keberanian untuk mencoba hal baru di tempat kerja ataupun keberanian untuk dipindah ke posisi yang belum dikuasai.

Dikutip dari Forbes, penelitian The LinkedIn Global Job Seeeker Trends menunjukkan bahwa alasan utama karyawan berganti pekerjaan adalah karena kurangnya kesempatan untuk mengembangkan karir. Alasan utama mereka tertarik pada perusahaan baru adalah jalur karir yang kuat.

Pengembangan karir progresif seseorang dapat dipengaruhi dari prestasi kerja dan melakukan tugas-tugas yang menantang yang dipercayakan kepadanya. Tanpa prestasi kerja yang memuaskan, sulit bagi seorang pekerja untuk diusulkan oleh atasannya mendapatkan promosi ke pekerjaan atau jabatan yang lebih tinggi di masa depan.

Pendidikan yang memadai, mengikuti kursus dan program pelatihan juga bisa menjadi salah satu faktor dasar dan berpengaruh langsung untuk pengembangan karir dalam perusahaan.

Selain itu kepribadian dan sikap kerja menjadi salah satu syarat yang diperlukan untuk bekerja pada posisi pekerjaan tertentu. Kepribadian dan sikap kerja karyawan merupakan salah satu faktor kunci yang berpengaruh langsung terhadap pengembangan karir. Tidak cukup kinerja bagus saja, perlu dukungan sikap kerja kita yang baik yang dapat mendorong pengembangan karir kita.

Pengembangan karir menjadi hal yang sangat penting untuk kita pahami. Hal ini  berkaitan dengan masa depan seseorang. Dalam jangka panjang, seseorang yang salah dalam menentukan karir tentu akan menjalani karir tersebut dengan terpaksa yang dapat berarti tiadanya pengembangan karir. Sebaliknya, seseorang yang sudah mengetahui dengan pasti karier yang akan dipilih, tentu akan mengalami pengembangan karir yang terus maju pula.  Saatnya Anda mencermati ke arah mana karir Anda berkembang di masa depan.

Parameter Pengukuran Perilaku Calon Karyawan saat Perekrutan

Proses perekrutan calon karyawan tentu perlu dilakukan dengan matang. Mengapa demikian? karena proses perekrutan karyawan sama halnya dengan mengundang anggota baru untuk bergabung dalam perusahaan. Anggota baru ini juga diharapkan memenuhi kualifikasi untuk mengembangkan perusahaan. Ini berarti, dibutuhkan upaya untuk mengenali lebih jauh kualitas calon anggota baru dengan mengacu pada sejumlah kriteria tertentu.

Bagaimana caranya dalam kurun waktu yang relative pendek perusahaan dapat menentukan bahwa pelamar cocok direkrut untuk menjadi karyawan?. Tentunya ada beberapa tes kerja yang harus dilalui. Diantaranya adalah tes psikotes, wawancara, dan tes kesehatan. Adapun peran dari masing-masing tes tersebut adalah sama pentingnya.

Tes psikotes adalah pengujian atau asesmen untuk mengetahui aspek mental psikologis calon karyawan, diantaranya, kepribadian, inteligensi, dan sikap kerja. Sementara,  wawancara adalah tahapan pengenalan secara langsung dengan calon karyawan melalui komunikasi verbal, bisa tatap muka langsung atau melalui media interface, seperti video call.  Biasanya wawancara dilakukan oleh HRD dan calon atasan langsung.  Atasan langsung perlu bertemu untuk mendapatkan ‘feeling’ terkait calon bawahannya.  Disamping itu, wawancara juga  berfungsi untuk mengukur kemampuan komunikasi, membangun hubungan, dan interaksi sosial ybs.  Terakhir adalah tes kesehatan. Tes ini diperlukan untuk mengetahui tingkat kesehatan atau kebugaran calon karyawan yang nantinya menentukan kekuatan stamina, khususnya jika perlu bekerja ekstra.

Berikut ini penjelasan lebih rinci terkait metode pengukuran perilaku calon karyawan yang telah disebutkan di atas.

Tes Wawancara

Wawancara memerlukan interaksi dari dua belah pihak, yaitu pihak pewawancara dan pihak yang diwawancara. Adapun pihak pewawancara bisa jadi satu orang atau lebih.  Jika lebih dari satu orang, biasanya disebut wawancara panel. Pihak pewawancara juga bisa berasal dari eksternal atau internal. Perusahaan biasanya melibatkan  psikolog atau asesor sebagai pihak eksternal.

Sedangkan untuk pihak internal yang dilibatkan biasanya adalah HR dan user yang akan menjadi atasan calon karyawan tsb atau bisa saja wawancara  internal dilakukan oleh pimpinan tertinggi perusahaan, tergantung posisi apa yang dilamar. Sejauh ini wawancara terhadap pelamar paling tidak dilakukan oleh HR dan/atau calon atasan langsung pelamar. Bisa jadi, wawancara tersebut dilakukan oleh supervisor, manajer, atau oleh staf senior terkait yang ditugaskan untuk itu.

Adapun kaitannya antara pengukuran perilaku dan wawancara adalah sebagai berikut:

  • Untuk mengetahui kemampuan staf dalam komunikasi, menyampaikan pendapat secara langsung.
  • Untuk mengatahui bagaimana gesture yang ditampilkan saat calon staf tersebut melakukan interaksi sosial.
  • Untuk memahami cara pandang, niat, dan motif yang mendasari pelamar melamar di perusahaan.

Melalui wawancara, sedikit banyak bisa ditarik kesimpulan mengenai motivasi, cara pandang, gaya komunikasi, dan tingkat kemampuan seseorang dalam bekerjasama atau berkolaborasi.

Psikotes dan asesmen psikologis

Tes psikotes biasanya hadir dalam bentuk banyak ragam, ada yang online dan ada juga paper and pencil test.  Ada yang prosesnya cepat, ada juga yang butuh seharian. Tes psikotes atau dikenal juga dengan tes psikometri bermanfaat dalam mengukur sikap, perilaku, kepribadian, maupun kemampuan kognitif seseorang. Selain psikotes, penilaian perilaku bisa dihasilkan dari asesmen psikologis.  Asesmen ini bertujuan untuk mengukur kompetensi tertentu dan level kecakapan yang dimiliki calon karyawan.

Hasil dari tes kerja yang satu ini nantinya akan dianalisa oleh tim psikolog atau asesor untuk mengetahui aspek mental psikologis dan kecakapan kompetensi yang dimiliki calon staf sudah memenuhi persyaratan jabatan atau belum.  Tes atau asesmen ini juga dapat menggali kelebihan dan kekurangan calon karyawan, kecocokan penempatan pada divisi apa, dan menentukan apakah yang bersangkutan layak lolos seleksi ke tahap berikutnya atau gugur.

Seleksi kerja tidak semata-mata berhenti pada pengamatan ijasah dan transkrip nilai pelamar kerja. Namun, jauh lebih dari itu, terdapat setidaknya dua tahapan tes kerja yang harus dilalui untuk mendapatkan kandidat dengan kapasitas dan kompetensis yang mumpuni.

Menemukan Karir Ideal Dan Tepat

Karir merupakan salah satu elemen penting dalam kehidupan yang patut diperjuangkan oleh setiap orang yang bekerja. Bahkan entrepreneur pun memiliki karir. Orang-orang yang berada di posisi rendah juga berhak membangun karirnya, tidak terkecuali.

Mencapai karir ideal yang diimpikan menandakan bahwa usaha dan kerja keras yang bernilai luar biasa telah berhasil diperjuangkan. Dalam proses pencapaian karir sukses, akan selalu ada tantangan dan rintangan yang tidak sedikit dan  membutuhkan kekuatan kamu untuk mencapai karir ideal tersebut.

Untuk mencapai sukses dalam karir impian, maka langkah pertama adalah menemukan karir yang tepat atau ideal. Diperlukan proses yang bertahap dan jangka panjang, termasuk strategi dan analisa yang matang dalam membangun karir. Memilih karir yang tepat tidak selalu menjadi hal mudah bagi sebagian orang. Pilihan karir sedikit banyak pasti akan mempengaruhi bagaimana kita menjalani sebagian besar hidup.

Karir ideal bisa jadi berupa pekerjaan yang menyenangkan, menantang, dan memenuhi hasrat diri. Karir ideal akan mendorong potensi maksimal kita muncul ke permukaan. Agar tidak habis waktu dalam menemukan karir ideal, akan lebih efisien bila kamu mengenali terlebih dahulu diri sendiri, baru mencari tipe pekerjaan dan organisasi yang sesuai dengan dirimu.

Kamu harus mencoba gali lebih dalam apa saja kelebihanmu, lalu tuliskan pada selembar kertas. Ini akan membantu mengevaluasi diri dan melihat pekerjaan apa yang cocok dan yang paling disukai.

Hal ini penting agar apa yang kamu kerjakan dapat berjalan dengan lancar. Kamu pun sebagai orang yang mengerjakan merasa nyaman karena sudah sesuai dengan passion, minat, maupun harapanmu. Ingat, bekerja harus dilandasi dengan cinta, semuanya akan terasa menyenangkan jika semangat dan gairah selalu menemani kita dalam bekerja.

Bayangkan kalau kamu berkarir yang tidak sesuai dengan passion, bisa jadi kamu akan tertekan selama mengerjakan pekerjaanmu. Bisa-bisa pekerjaan jadi berantakan, dan sulit untuk menyelesaikannya. Belum lagi timbul masalah dalam bekerja, mengalami stres sehingga dapat berakibat buruk bagi kesehatan mental.

Memilih karir yang tepat merupakan awal dari kesuksesan, karena berkarir sesuai minat, bakat, dan kemampuan akan lebih mudah bergerak untuk menyelesaikan pekerjaan. Kinerja dan produktivitas meningkat, sehingga gaji, bonus, dan kenaikan jabatan akan mengikutinya. Coba pikirkan lagi, apa pekerjaanmu yang sekarang sudah tepat untukmu? Jika belum, saatnya untuk benar-benar menggali potensi dan kapasitas diri.

Ini Alasan Kerja Tidak Sesuai Kompetensi, Kamu Salah Satunya?

Tidak semua dari kita dapat bekerja sesuai dengan bakat dan minat masing-masing. Bahkan lebih banyak yang bekerja bukan di bidang yang sesuai bakat dan minatnya. Misalkan saja, secara keilmuan cukup mahir dalam bidang akuntansi ternyata jadi guru BK, atau dari sarjana teknik sipil bekerja di bagian SDM. Sama sekali tidak nyambung, tetapi memang tidak semua orang bias mendapatkan pekerjaan impian. Itulah realita yang banyak terjadi saat ini.

Kadangkala ketidaksesuaian bakat dan minat dapat berdampak negatif pada hasil kinerja.  Walaupun, ada juga yang justru berhasil karena mau mempelajari hal-hal baru. Tetapi, tidak semua orang memiliki kemauan ataupun kapasitas untuk mempelajari hal yang sama sekali baru. Nah, untuk yang merasa telah salah dalam ‘jurusan’ bidang kerja, berikut Ini beberapa alasan yang melatarbelakangi mengapa seseoran bekerja tidak sesuai dengan bakat dan minatnya?

Pilih jurusan asal-asalan

Salah memilih jurusan bisa berdampak negatif saat mencari pekerjaan. Salah satunya adalah ketidakpuasan. Mengapa bisa salah? Karena waktu memilih tidak benar-benar menggali diri sendiri, lebih mengikuti apa yang dikatakan orang lain atau memilih jurusan yang lagi tren saat itu. Bisa juga karena jurusan tersebut passing grade yang terlalu tinggi sehingga tidak yakin bersaing dengan peminat yang lain atau alasan lainnya.

Nyaman menjalani masa kuliah? Bisa ya, bisa tidak. Pastinya semakin tidak nyaman saat kuliah, walaupun pada akhirnya lulus. Ketidaknyamanan tersebut akan terus terbawa hingga saat mencari kerja.  Kecuali bisa berdamai dengan diri sendiri dan berkomitmen kesalahan jurusan ini mungkin justru bisa membawa nasib baik. Tentu komitmen tinggi sangat dibutuhkan untuk berhasil dalam bidang yang kurang diminatinya tersebut.

Campur tangan orang tua

Terkadang, orang tua memang cukup susah dimengerti. Di satu sisi, sebagai anak kita wajib mematuhi perintah orang tua (asalkan itu baik). Di sisi lain, kita memiliki passion sendiri dan yang menurut kita adalah keahlian kita. Seperti contohnya, orang tua kita ingin kita berkuliah di jurusan manajemen misalnya dengan pertimbangan ini dan itu, padahal passion kita di bahasa.

Jika jalur komunikasi dan negosiasi sudah mentok, apalagi yang mesti dilakukan kecuali menyerah. Bukan begitu? mengingat supplier keuangan adalah orang tua. Alhasil, lulus kuliah kita lebih memilih pekerjaan yang sesuai passion dan bersebrangan dengan kompetensi selama kuliah.

Bingung, apa ya Passion-nya?

Tidak sedikit orang yang bingung mengidentifikasi apa sih sebenarnya passion yang dimilikinya itu. Bakat mengajar tidak yakin, bakat jadi banker juga tidak, bakat jadi arsitek apalagi. Lalu apa passion-nya? jawabannya tetap saja bingung. Biasanya, hal ini terjadi pada mereka yang memang dalam kesehariannya lebih senang dengan kegiatan yang ringan dan santai bersama teman-teman.

Untuk itu, usahakan kenali bakat dalam diri, temukan, asah bakat tersebut dan dukung dengan mengambil jurusan yang tepat di bangku perkuliahan. Mengenali passion adalah modal penting untuk menjalani proses perkuliahan yang nyaman dan bekerja pada bidang yang memang sesuai dengan bakatnya.

Jika sudah terlanjur terjadi memilih jurusan yang tidak sesuai dengan keahlian diri, apa yang harus kita lakukan? Ada dua alternatif, yaitu dengan mengakrabi pekerjaan itu dengan cara menaklukkan dan lalu menghayati peran di dalamnya, atau dengan keluar, mencari yang baru yang sesuai, atau dengan membuka lahan pekerjaan baru secara mandiri berdasarkan passion.

Apa itu Kompetensi Diri

Secara berkala perusahaan atau organisasi atau suatu lembaga akan melakukan assessment center selain tes kerja, guna mengetahui kompetensi diri dari pegawainya, yang bisa diketahui dan diukur dari penilaian kompetensi maupun pengukuran perilaku. Berikut ini adalah pembahasan mengenai kompetensi diri dan jenis-jenisnya dengan lebih lanjut.

Pengertian Kompetensi Diri

Kompetensi diri ialah merupakan kualitas diri, atau karakteristik seorang individu yang mendasar, yang merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang sudah tertanam dan juga sudah berlangsung lama, yang akan dapat memprediksi reaksi dan perilakunya dalam berbagai situasi kerja dan menjadi menyebabkan serta salah satu latar belakang suatu tindakan perilaku dan kinerja atau performance.

Kata kompetensi itu sendiri berasal dari kata bahasa Inggris, yakni competency, yang mempunyai arti berupa kecakapan ataupun kemampuan, yang adalah merupakan suatu kombinasi dari pengetahuan, dan juga keterampilan serta sifat kepribadian yang bisa meningkatkan kinerja karyawan, sehingga diharapkan akan mampu memberikan kontribusi terhadap kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan atau suatu lembaga.

Tiga Aspek Pilar Kompetensi

Tingkat kompetensi itu didukung oleh tiga aspek pilar, yakni sebagai berikut.

1. Pengetahuan atau Knowledge

Pengetahuan ini bisa ditambah dan dikembangkan dengan mengikuti pendidikan akademik secara formal.

2. Kemampuan atau Skill

Kemampuan atau keterampilan ini bisa diasah hingga menjadi makin mahir.

3. Tingkah Laku atau Attitude

Yakni sikap dan perilaku seorang individu. Aspek kompetensi diri yang satu ini sering disebut sebagai faktor gunung es yang tidak nampak di permukaan, sehingga agak sulit diketahui dengan jelas.

Sejarah Penilaian Kompetensi

Istilah penilaian kompetensi atau Competency assessment itu pertama kali diperkenal oleh seorang yang bernama David McClelland du tahun 1973 dalam suatu artikelnya dengan judul Testing for competence rather than for intelligence atau ialah Menguji Kompetensi daripada uji Kecerdasan.

Di sekitar tahun 1982 kemudian Boyatzis melakukan pengumpulan data komprehensif dengan mempergunakan metode McBer and Company yakni Job Competence Assessment atau penilaian Kompetensi Pekerjaan yang dilakukan di Amerika Serikat. Mulai saat itulah kemudian faktor kompetensi lantas menjadi faktor yang penting dalam berbagai pertimbangan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia.

Jenis Kompetensi

Jenis kompetensi bisa dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut.

Surface atau Permukaan yang Nampak

Bagian kompetensi yang dapat dilihat dan juga dikembangkan itu adalah surface competency atau kompetensi permukaan, yang nampak dari luar dan bisa lebih mudah untuk diukur, yakni pengetahuan dan juga keterampilan.

Core atau Inti

Sedangkan bagian kompetensi yang tidak dapat dilihat dan juga sulit untuk dikembangkan itu adalah core atau sentral atau inti kepribadian, yakni seperti sifat-sifat, dan motif, juga sikap serta value atau nilai-nilai.

Demikianlah pembahasan mengenai apa itu kompetensi diri dan jenis-jenis kompetensi. Semoga bermanfaat.

Our Partner